Al Faqir Al Jatihadi

Al Faqir Al Jatihadi
Menulis : Bekerja Untuk Keabadian || Ruhku mungkin akan berpisah dengan jasad. Namun, tulisanku akan tetap bersamamu jika kau mau.

Rabu, 13 Mei 2020

MANAQIB SINGKAT KH ABDUL KARIM LIRBOYO || Haul Mbah Manab Pendiri Ponpes Lirboyo



MANAQIB SINGKAT MBAH ABDUL KARIM

Katib: Al Faqir Al Jatihadi

Mbah Abdul Karim berasal dari Magelang. Dusun Banar, Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan. Beliau mondok di Madura sekitar 27 tahun. Waqiila 23 tahun. Bilaa zaadin alias tidak mempunyai bekal sama sekali.

Beliau tidak mempunyai apa-apa. Kencenge pikir (cengkir) menjadi sangu beliau selama mondok hingga memperoleh derajat luhur. Mondok dengan bismillah tawakkaltu alaLlah.

Saat di pondok, beliau selama beberapa bulan tidak tidur di pondok." Santri boten oleh manggon ning pondok nganti rong tahun. Mbuh kok ngono" Dhawuh Mbah War.

Tirakat beliau seperti itu.

"Kang Manab, ilmuku entek, wis kowe muliha."dhawuh Kyai.
Mbah Manab muda bingung mau kemana. Akhirnya mampir di Tebuireng Jombang selama sekitar lima tahun. Beliau langsung diminta mengajar di pondok Tebuireng karena sudah alim (mumpuni).


Sekitar tahun 1948, Mbah Manab sempat akan dibunuh oleh PKI.  PKI sudah masuk ke ndalem Beliau.

"Cung, ana maling. Ora nyolong banda nanging nyolong nyawa",
seru mbah Manab pada santrinya. Kejadian sekitar jam 1 dini hari.  Daerah sini dulu gelap dan sangat menakutkan.
Sejak saat itu pondok pesantren dijaga ketat. Terlebih Mbah Yai.


Awal Beliau menginjak kaki di Lirboyo, belum ada apa-apa.  Masih angker. Banyak penunggunya. Pernah ada bambu tiba-tiba ambruk, terus berdiri lagi. Belum seperti Lirboyo yang kita lihat sekarang ini, dimana bangunan bertingkat serta hampir tidak ada tebu-tebu berjejeran seperti yang tertuang dalam puisi karya Gus Mus yang berjudul "Lirboyo, Kaifa Hal?".

"Kapan ana pondok asale angker ya santrine bakal akeh, mbuh piye kok ngono." dhawuh Mbah War.


Kesederhanaan Mbah Manab

Ada cerita tatkala seorang calon santri akan mondok di Mbah Abdul Karim. Kalau ndak salah dari Banyuwangi. Kebetulan Mbah Manab tengah menyangkul di sawah dekat pondok.

Calon santri tadi kerepotan membawa perbekalan (pakaian, makanan, beras dan jagung). Dia meminta tolong kepada orang yang tengah menyangkul yang ditemuinya. 

Sesampainya di pondok, dia belum menyadari siapa orang tadi yang dimintai bantuan. Kemudian masuklah waktu shalat dia pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah.

Betapa kagetnya calon santri tadi kala jamaah bersama Mbah Yai. Ternyata orang yang membawakan barangku tadi adalah Yai. Pendiri sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren. Calon santri tidak jadi mondok karena malu luar biasa. Boyong kisinan.

Dalam hal makanan. KH Abdul Karim sangat menjaga makanan yang masuk. Beliau dhahar seadanya. Kalau ada didhahar, kalau ndak ada beliau tidak dhahar. Saking rekasane.

Beliau juga sering kemalingan. Batik yang dibuat tak jarang dicuri oleh maling. Sampai-sampai di asma' lalu ketangkap.

Dalam hal menjaga waktu, Mbah Manab tatkala nyantri di Bangkalan Madura hanya mempunyai sepasang baju. Ketika baju dicuci dan dikeringkan, Beliau kungkum (re: berendam) di sungai dan menyibukkan diri merapal kitab nadhoman karya Ibnu Malik. Ya, nadhom Alfiyah Ibn Malik.
More: https://kangnarlan.blogspot.com/2021/02/cengkirnya-mbah-abdul-karim-itibar.html?m=1

Demikian secuil kisah Mbah Manab Lirboyo. Sekarang kita mengetahui bahwa derajat yang diperoleh KH Abdul Karim bukan dengan tidak bersusah payah.

Slogan yang tidak asing bagi santri Lirboyo adalah
Thoriqoh santri yang utama adalah belajar.

Santri lek muleh kudu ngadhep dampar.

Semoga kita dapat meneladani ghiroh Mbah Abdul Karim dalam belajar, tirakat, serta dalam hal memberikan kemanfaatan bagi orang banyak. Aamiin.....

Al Faqir Al Jatihadi

Sumber:
1. Ceramah yang disampaikan Mbah Anwar Manshur Lirboyo tatkala Haul Mbah Manab Ramadhan 1441 H
2. Kitab Haula'i Masyayikhuna karya Musa Musthofa Pemalang

Apabila ada kesalahan data akan segera diperbaiki.

Ket. Foto: Maqbaroh KH Abdul Karim di Lirboyo, Kediri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Realistis Itu Seperti Apa? | Dr. Fahruddin Faiz

Hidup Realistis Jauhi Beban Hidup 1. Konsep Self Reservation. Lestarikan dirimu, penuhi semua hobi kesenangan secukupnya.  2. He who lives i...

Most Viewed || Banyak Dilihat