Al Faqir Al Jatihadi

Al Faqir Al Jatihadi
Menulis : Bekerja Untuk Keabadian || Ruhku mungkin akan berpisah dengan jasad. Namun, tulisanku akan tetap bersamamu jika kau mau.

Minggu, 17 Mei 2020

Hayati dan Syukuri Sujudmu | Kenangan terindah tatkala liqoirobbi


Berapa kali kah kita sujud?

Taruhlah hanya shalat wajib saja yang kita kerjakan dalam sehari semalam. Tujuh belas rakaat. Tahu kan kalau tiap satu rakaat melakukan dua kali sujud? Nah, berarti dalam sehari semalam minimal kita sujud sebanyak 34 kali. 

Pada kesempatan kali ini yuk kita membahas tentang sujud, seraya mengoreksi sujud kita sampai level mana.

Dalam ilmu shorof, sujud (سجود) merupakan bentuk isim mashdar dari fi'il madhi sajada (سجد). Semisal mau nashrif bisa diikutkan bab 1 fiil tsulatsi mujarrod.

Dalam fiqih, sujud menjadi salah satu rukun dari rukun Islam yang kedua, shalat. Ya meski tidak semua sujud dikerjakan dalam rangkaian ibadah shalat.

Oke next...
Pernahkah kita merasakan nyaman luar biasa tatkala melakukan sujud? Seberapa sering kah? Di waktu bahagia atau susah? Saat urusan kita sulit atau mudah?

Tak bisa kita pungkiri bahwasanya khusyu' dalam shalat adalah hal yang sulit. Apalagi penulis yang tiap kali shalat malah memikirkan banyak hal yang sebelum shalat tak terpikirkan. Tapi sesulit apapun itu, penulis akan sedikit mengulas kalau sujud ikhlas itu sangatlah mudah.

Kita telah membahas ikhlas. Selanjutnya yuk kita terapkan dalam sujud-sujud kita sehari-hari. Ikhlas (menurut Fudhoil) adalah ketika Allah menyelamatkan kita dari riya'/ujub dan syirik.
http://kangnarlan.blogspot.com/2020/05/menyelam-samudera-niat-dan-ikhlas.html?m=1

Semisal kita t'lah mengetahui cara pikir nubuwwah. Ikhlas dalam sujud (shalat) akan berbuah ladzdzat. Dalam syiir dikatakan:
لو لا ك يا زينة الوجود
ما طاب عيشى و لا وجودى
و لا ترنمت فى صلاتى
و لا ركوعى و لا سجودى

Jika bukan karena Engkau Yaa Rasulullah, wujud kita tidak ada gunanya. Karena kita hidup kaya hewan. Ya, kita termasuk jenis hewan, yang bisa berbicara. Karena Rasulullah kita tahu bahwa betapa nikmatnya rukuk dan sujud.


Taronnum (ترنم) bisa kita artikan dengan menikmati. Betapa nabi, sahabat dan ulama menikmati tiap cengkerama dengan Sang Kholiq. Bahkan Rasulullah memposisikan shalat sebagai istirahat.

Ketenangan jiwa Nabi adalah tatkala shalat. Nabi selalu menanti Bilal untuk adzan, agar segera bercengkrama dengan Sang Kekasih.  Digambarkan salah  satu sahabat pas beliau shalat  ditinggal menyembelih kambing, dikuliti, dimasak, kemudian kembali lagi Nabi masih rakaat pertama.

Shahabat yang makmum beliau juga amat sangat menikmati. Yang dibaca Nabi dua ratus ayat. Sama-sama enjoy.

Kalau kita kesulitan meniru Baginda Rasulullah. Coba kita telisik Sayyid Ali Zainal Abidin. Beliau sehari shalat 1000 rakaat.

Niat beliau hanya shalat 2 rakaat. Tapi setelah salam, ada rasa nikmat yang ingin diulang. Terimakasih Ya Allah. Ketika orang lain menikmati kebatilan, ketika orang lain dalam kesesatan aku Engkau takdirkan untuk sujud. Terus sampai beliau melakukan 1000 rakaat yang nikmat.

Kita bisa sesekali mencoba. Bukan bilangan seribunya. Tapi rasa nyaman yang luar biasa. Nyaman didorong oleh rasa 'isyq (re: kangen) kepada Sang Pemberi nikmat.

Satu sujud di akhirat mengalahkan dunia seisinya. Bekas sujud di dahi tidak akan dilalap api neraka. Begitu bahagianya kita ketika amal sujud kita sangat berharga di depan Allah SWT.





ISLAM, IMAN, IHSAN | Hadis Kedua Arba'in An Nawawiyyah

Hadis Kedua

Diceritakan oleh shahabat Umar radhiyaLlahu anhu. Beliau bercerita bahwasannya suatu ketika beliau dan para shahabat duduk satu majlis bersama dengan Baginda Nabi. Mak bedundug (re: tiba-tiba) ada sesosok lelaki yang datang entah dari mana asalnya.

Rabu, 13 Mei 2020

MANAQIB SINGKAT KH ABDUL KARIM LIRBOYO || Haul Mbah Manab Pendiri Ponpes Lirboyo



MANAQIB SINGKAT MBAH ABDUL KARIM

Katib: Al Faqir Al Jatihadi

Mbah Abdul Karim berasal dari Magelang. Dusun Banar, Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan. Beliau mondok di Madura sekitar 27 tahun. Waqiila 23 tahun. Bilaa zaadin alias tidak mempunyai bekal sama sekali.

Beliau tidak mempunyai apa-apa. Kencenge pikir (cengkir) menjadi sangu beliau selama mondok hingga memperoleh derajat luhur. Mondok dengan bismillah tawakkaltu alaLlah.

Saat di pondok, beliau selama beberapa bulan tidak tidur di pondok." Santri boten oleh manggon ning pondok nganti rong tahun. Mbuh kok ngono" Dhawuh Mbah War.

Tirakat beliau seperti itu.

"Kang Manab, ilmuku entek, wis kowe muliha."dhawuh Kyai.
Mbah Manab muda bingung mau kemana. Akhirnya mampir di Tebuireng Jombang selama sekitar lima tahun. Beliau langsung diminta mengajar di pondok Tebuireng karena sudah alim (mumpuni).


Sekitar tahun 1948, Mbah Manab sempat akan dibunuh oleh PKI.  PKI sudah masuk ke ndalem Beliau.

"Cung, ana maling. Ora nyolong banda nanging nyolong nyawa",
seru mbah Manab pada santrinya. Kejadian sekitar jam 1 dini hari.  Daerah sini dulu gelap dan sangat menakutkan.
Sejak saat itu pondok pesantren dijaga ketat. Terlebih Mbah Yai.


Awal Beliau menginjak kaki di Lirboyo, belum ada apa-apa.  Masih angker. Banyak penunggunya. Pernah ada bambu tiba-tiba ambruk, terus berdiri lagi. Belum seperti Lirboyo yang kita lihat sekarang ini, dimana bangunan bertingkat serta hampir tidak ada tebu-tebu berjejeran seperti yang tertuang dalam puisi karya Gus Mus yang berjudul "Lirboyo, Kaifa Hal?".

"Kapan ana pondok asale angker ya santrine bakal akeh, mbuh piye kok ngono." dhawuh Mbah War.


Kesederhanaan Mbah Manab

Ada cerita tatkala seorang calon santri akan mondok di Mbah Abdul Karim. Kalau ndak salah dari Banyuwangi. Kebetulan Mbah Manab tengah menyangkul di sawah dekat pondok.

Calon santri tadi kerepotan membawa perbekalan (pakaian, makanan, beras dan jagung). Dia meminta tolong kepada orang yang tengah menyangkul yang ditemuinya. 

Sesampainya di pondok, dia belum menyadari siapa orang tadi yang dimintai bantuan. Kemudian masuklah waktu shalat dia pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah.

Betapa kagetnya calon santri tadi kala jamaah bersama Mbah Yai. Ternyata orang yang membawakan barangku tadi adalah Yai. Pendiri sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren. Calon santri tidak jadi mondok karena malu luar biasa. Boyong kisinan.

Dalam hal makanan. KH Abdul Karim sangat menjaga makanan yang masuk. Beliau dhahar seadanya. Kalau ada didhahar, kalau ndak ada beliau tidak dhahar. Saking rekasane.

Beliau juga sering kemalingan. Batik yang dibuat tak jarang dicuri oleh maling. Sampai-sampai di asma' lalu ketangkap.

Dalam hal menjaga waktu, Mbah Manab tatkala nyantri di Bangkalan Madura hanya mempunyai sepasang baju. Ketika baju dicuci dan dikeringkan, Beliau kungkum (re: berendam) di sungai dan menyibukkan diri merapal kitab nadhoman karya Ibnu Malik. Ya, nadhom Alfiyah Ibn Malik.
More: https://kangnarlan.blogspot.com/2021/02/cengkirnya-mbah-abdul-karim-itibar.html?m=1

Demikian secuil kisah Mbah Manab Lirboyo. Sekarang kita mengetahui bahwa derajat yang diperoleh KH Abdul Karim bukan dengan tidak bersusah payah.

Slogan yang tidak asing bagi santri Lirboyo adalah
Thoriqoh santri yang utama adalah belajar.

Santri lek muleh kudu ngadhep dampar.

Semoga kita dapat meneladani ghiroh Mbah Abdul Karim dalam belajar, tirakat, serta dalam hal memberikan kemanfaatan bagi orang banyak. Aamiin.....

Al Faqir Al Jatihadi

Sumber:
1. Ceramah yang disampaikan Mbah Anwar Manshur Lirboyo tatkala Haul Mbah Manab Ramadhan 1441 H
2. Kitab Haula'i Masyayikhuna karya Musa Musthofa Pemalang

Apabila ada kesalahan data akan segera diperbaiki.

Ket. Foto: Maqbaroh KH Abdul Karim di Lirboyo, Kediri

Selasa, 05 Mei 2020

MENYELAMI SAMUDERA NIAT DAN IKHLAS || Hadits Pertama || Imam Nawawi


Hadis Pertama

Diceritakan dari Pemimpin orang mukmin, Abu Hafsh Umar bin Khotthob ra beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda “sesungguhnya amal-amal tergantung pada niat. Dn setiap orang mendapatkan apa yang diniati. Barang siapa yang berhijrah untuk menggapai ridho Allah SWT dan rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Barang siapa berhijrah kepada gemerlap dunia atau wanita yang hendak dinikah, maka hijrahnya kepada apa yang diniati.

Hadis pertama ini diriwayatkan oleh dua imam ahli hadis, yakni Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Mughiroh bin Bardizbah al Bukhoriy ( kita kenal dengan Imam Bukhori) dan Abul Husein Muslim bin al Hujjaj bin Muslim al Qusyairi an Naisaburi (kita kenal dengan Imam Muslim) dalam kitab shohih Bukhori dan Muslim. Kitab ini merupakan kitab hadis yang paling shohih yang pernah dikarang.

Hadis pembuka ini diriwayatkan shahabat kibar Rasulullah SAW. Abu Hafsh adalah kunyah beliau, sayyidina Umar RA. Dalam dialek Arab orang sering menggunakan dan bangga dipanggil dengan kunyahnya. Sebelum masuk Islam, beliau orang yang sangat ingin membunuh Nabi. Setelah muallaf, keimanan dan loyalitas beliau mengalahkan shahabat lain yang masuk Islam lebih dulu. Rasululah pernah berdoa semoga Islam akan besar dan kuat karena salah satu dari 2 tokoh, yakni Umar bin Khatthab atau Abu Jahal bin Hisyam. Dengan karakter keras, tegas dan dal-del beliau, Islam berkembang pesat.

Makna hadis yang pertama ini adalah niat menjadi ukuran suatu amal dianggap sah atau tidak sah. Jika niat sah maka amalnya sah suatu amal. Berlaku sebaliknya. Sedikit kita review mengenai niat.

Wudlu akan sah jika niat wudlu. Tanpa niat, sama saja seperti orang yang menyegarkan badan. Pun juga shalat. Niatlah yang membedakan mana shalat wajib mana sunnah, mana tahajjud mana jum’ah.

Kadar niat suatu individu dalam beribadah, tho’at kepada Allah,  satu dan yang lain pasti berbeda. Setidaknya ada 3 kelompok;
1.      Ranah pertama, tatkala beramal karena takut Allah SWT, yakni ibadahnya ahli ibadah (عبيد).
2.      Ranah kedua, tatkala amal dikerjakan karena berharap imbalan surga, yakni ibadahnya pedagang (تجار).
3.      Ranah ketiga, tatkala melakukan amal kerana malu kepada Allah, melakukan haqq, an bersyukur, menganggap diri sendiri kurang, takut apakah amalnya diterima atau tidak, yakni ibadahnya orang-orang pilihan (أحيار).

 (SAMPAI DIMANA KUALITAS IBADAH KITA???)

Ketahuilah wahai reader bahwa ikhlas kadang dihinggapi ujub.

Menurut al Fudhoil bin ‘Iyadh:
قال الفضيل ابن عياض : ترك العمل من أجل الناس رياء. والعمل من أجل الناس شرك. والإخلاص أن يوافيك الله منهما.
Meninggalkan amal karena manusia merupakan riya’.
Melakukan amal karena manusia disebut syirik.
Yang dinamakan ikhlas ialah ketika Allah  SWT menyelamatkanmu dari keduanya.*
---Fudhoil bin ‘iyadh---

*Penulis mencoba menterjemah (kurang pas bisa di comment)
            Ketika kita terbiasa melakukan amal (shalat dhuha matsalan) kemudian ada teman kita lalu kita tidak melakukannya maka ini disebut riya’. Atau kita melakukan amal, namun karena orang lain (entah camer, gebetan, dll) maka kita berbuat syirik[1]. Yang dinamakan ikhlas adalah dengan ma’unah Allah kita terebas dari keduanya.
            Secara sederhana, ikhlas itu bisa kita latih setiap saat. Merasa tidak mempunyai apapun merupakan salah satu cara melatih diri untuk ikhlas. Dimulai dari hal terkecil dan terus dilatih.
Taruhlah kita mempunyai uang 10 ribu. Untuk memberi orang lain 5 ribu biasanya kita enteng saja. Padahal nominalnya 50%. Suatu nominal yang besar. Andai kata yang kita punyai (baca: dititipi Allah SWT) uang 100 juta. Untuk bersedekah 25 juta pasti sangat berat.
Maka dari itu, penulis mengajak pribadi dan pembaca untuk selalu menata niat serta melatih diri untuk terbiasa ikhlas. Niat yang telah diajarkan oleh salafussholih dan ikhlas bak kotoran yang kita buang dan tak mengharap kembali.


Pict: Hadis Pertama Arbain Nawawi



[1] Dosa yang tidak diampuni Allah ialah syirik. Selain syirik Allah punya kehendak mengampuni atau menyiksa.

Jumat, 01 Mei 2020

DAHSYATNYA KALIMAH LAA ILAAHA ILLALLAH || Pembanding Cerita Ahli Ibadah yang Celaka


KALIMAH "LAA ILAAHA ILLALLAAH" || Cerita Pembanding Ahli Ibadah yang Celaka


Iman terdiri atas 73 bagian. Iman paling adna adalah imathotul adaa 'aniththotiq . Ya'ni menyingkirkan hal yang menyakitkan orang dari jalan. Sedangkan iman yang utama ialah ucapan  laa ilaaha illaLlah.

Begitu absolut kalimah laa ilaaha illaLlah. Hingga ada hadis yang kita pasti tak asing lagi. Man qoola laa ilaaha illaLlah dakholal jannah wa in zaana wa in saroqo. Orang yang mengucapkan kalimah laa ilaaha illaLlah maka akan masuk surga, meskipun berbuat zina dan mencuri.

Berarti Islam memperbolehkan zina dan pencurian? Ya bukan. Kebenaran kalimah laa ilaaha illaLlah tidak dipengaruhi oleh tindakan qo'il.

Sama halnya seperti 1+1 = 2. Napi yang baru dilepaskan dari lapas akan bilang satu ditambah satu sama dengan dua. Penjaga lapas pun akan mengatakan demikian. Kupu-kupu malam ketika ditanya satu ditambah satu jawabannya juga dua. Kemudian seorang yang berjubah pun menjawab hal yang sama.

Bagaimana dengan kalimah laa ilaaha illaLlah? Tentu lebih haqq dan lebih absolut kebenarannya. Orang yang tidak meyakini kebenaran kalimah ini berarti akal sehatnya tlah terganggu.

Di hadis musnad Ahmad diceritakan bahwa ada seorang yang dihisab di depan umum. Allah kalau mau mempermalukan seseorang hisabnya didepan umum (publik). Dipertontonkan semua amal-amalnya.

Singkat cerita kesalahan yang tercatat sepanjang pandangan mata (maddul bashor). Ada 99 dokumen kesalahan yang terarsipnrllnrapi dalam buku catatan malaikat. Tatkala di interogasi oleh Allah SWT ia juga ndak bisa mengelak. "Apakah ini benar?" "Benar Ya Allah." "Kamu punya dalih pembelaan?" "Gaada Ya Tuhanku."

Malaikat bersemangat mendengar hal itu lalu menyeret orang tadi ke tepi neraka. Ujug-ujug (tiba-tiba) distop Allah SWT. "Nanti dulu, Kat. Ia punya satu amal kebaikan"

Satu amal saja? Iya, benar. Amal apa kira-kira. Tepat. Dia pernah melafazkan kalimah laa ilaaha illaLlah dengan ikhlas (pembahasan ikhlas akan kita kupas di lain kesempatan). Harga ikhlas yang tidak bisa ditandingi oleh apapun.

Ucapan kalimah laa ilaaha illaLlah karena berharap surga atau menghindari neraka ndak termasuk dalam kategori ikhlas. Andaikan tiada surga dan neraka, Allah tetap tuhan dan kalimah ini tetap haqq. Ikhlas adalah sesuatu yang mudah diucapkan sekaligus sulit diaplikasikan.

Amal kebaikan yang hanya satu tadi ditimbang dengan 99 kesalahan. Salah satu ruas Mizan (timbangan) diberi 99 kesalahan, sedangkan ruas satunya untuk kalimah laa ilaaha illaLlah yang ikhlas.

"Kamu yakin kalimah laa ilaaha illaLlah kalah dengan kesalahan-kesalahan? " tanya Allah pada malaikat-Nya. Sudah pasti kalimah suci ini akan menang. Bibarokati ucapan ini kesalahan yang digelar sejauh mata memandang sudah tidak ada harganya lagi.

Akhirnya, orang tadi diampuni dan dirahmati Allah SWT, dimasukkan ke dalam surga-Nya.

Kisah pembanding kyai Barshesho (lihat Ahli Ibadah yang Celaka di https://kangnarlan.blogspot.com/2017/03/kisah-renungan.html?m=1) ini masyhur. Memang hadis man qoola laa ilaaha illaLlah dakholal jannah diimani oleh semua mukmin. Asalkan meninggal membawa kalimah ini niscaya Allah memberikan ampunan.

Tapi, terkadang kalimah ini rusak ketika dibawa oleh orang yang kurang menghargai tauhid. Kalau rusak dan sampai pada naza', dikhawatirkan mati dalam keadaan su'ul khotimah. Na'udzu biLlahi min dzalik.

Allaumma inna nas'aluka husnal khotimah.

Wallahu a'lam bisshowab

Jumat, 1 Mei 2020 (8 Ramadhan 1441H)

Kritik saran copy : hubungi penulis.

Realistis Itu Seperti Apa? | Dr. Fahruddin Faiz

Hidup Realistis Jauhi Beban Hidup 1. Konsep Self Reservation. Lestarikan dirimu, penuhi semua hobi kesenangan secukupnya.  2. He who lives i...

Most Viewed || Banyak Dilihat