Al Faqir Al Jatihadi

Al Faqir Al Jatihadi
Menulis : Bekerja Untuk Keabadian || Ruhku mungkin akan berpisah dengan jasad. Namun, tulisanku akan tetap bersamamu jika kau mau.

Rabu, 30 Mei 2018

Muthola'ah Kifayatul Awwam (Sebuah Goresan) | Al Faqir Al Jatihadi


Muthola’ah Kitab Kifayatul Awwam

Muallif            : Syeikh Muhammad al Fudholi
Pengampu       : Ustadz Tsabit Ghufron (Tsabit Abil Fadhil), Mutakhorij MHM Lirboyo Kediri
Al Katib          : Al Faqir Al Jatihadi
Mulai ngaji      : Jumat, 14 Juli 2017

(masukan, komplain, copy = hubungi penulis)

(Jangan lupa membacakan surotil fatihah untuk kanjeng Nabi, keluarga Nabi, shohabat, muallif kitab, dan guru-guru kita)


Bismillahirrohmaanirrohiim

    Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ar Rahmaan merupakan kasih sayang Allah bagi semua makhluk, baik mukmin maupun kafir –berlangsung di dunia.  Ar Rahiim merupakan sifat Allah yang memberikan kasih-Nya hanya untuk orang yang beriman, orang yang percaya (read : mukmin).
Alhamdu lillah
    Segala puji (4 hal : qodim alal qodim, qodim alal huduts, huduts alal huduts, huduts alal qodim) hanya milik Allah SWT. Zat tunggal yang mewujudkan makhluk.
Wassholatu . . .
    Untaian sholawat dan salam semoga senantiasa tecurah kepada Junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW (hamba yang paling utama), keluarga Nabi, para shohabat yang mempunyai sifat agung dan memberikan petunjuk ke arah kebenaran.
    Ada suatu pertanyaan : katanya Nabi Muhammad, para shababat dll sudah pasti masuk surga, tapi mengapa kita masih bersholawat, masih mendo’akan kepada mereka?
    Jawaban : Ibaratkan sebuah gelas atau sebuah cermin. Nabi Muhammad adalah gelas yang telah penuh rohmah, jika kita bersholawat maka isi dari gelas akan luber dan kita harapkan luberan air tersebut akan kita terima. Pun Nabi Muhammad ibarat cermin yang ketika kita bersholawat kepada Beliau maka akan kembali ke kita. Bukan Nabi yang butuh kita doakan

               “Apa alasanmu muslim? Mengapa kamu muslim?”
Jawaban: Agama yang paling masuk akal adalah agama Islam.

Wa ba’du
    Hamba yang butuh kepada rohmah Allah yang Maha Luhur (Syeikh Muhammad bin Syafi’i al Fudholi as Syafi’i) berkata : sebagian teman memintaku untuk mengarang sebuah risalah kecil yang menerangkan ketauhidan. Kemudian aku mengabulkan permintaan tersebut dengan metodologi seperti yang digunakan oleh Syeikh Sanusi yaitu dalil-dalil aqliyyah. Hanya saja aku menyandingkan dalil-dalil dengan hal yang didalili dan aku menambah dalil itu dengan penjelasan sesuai ilmuku karena banyak orang yang tidak memahami secara tafsil (rinci).
Wasammaituha
    Risalah ini kunamakan “Kifayatul Awwam” yang mencakup falsafah/ ilmu kalam. Kepada Allah aku memohon semoga risalah ini bermanfaat. Dialah Allah zat Yang Maha Mencukupi dan Yang Mewakili.
I’lam
    Ketahuilah, setiap muslim wajib mengetahui 50 aqidah, setiap aqidah wajib mengetahui bukti-bukti ijmaliyyah (global) dan tafshiliyyah (terperinci).
    Sebagian ulama’ mewajibkan mengetahui dalil secara tafshil, namun jumhur ulama’ menganggap bahwa dalil ijmali sudah cukup. Yang dimaksud dalil tafshili adalah ketika seseorang ditanya tentang bukti Allah itu ada maka ia menjawab semua makhluk ini menunjukkan eksistensi Allah, makhluk yang ada setelah tiada karena ada yang mengadakan (Allah). Sedangkan tatkala seseorang hanya menjawab dengan eksistensi makhluk tanpa mengetahui sebab-sebabnya maka disebul dalil ijmali (sudah cukup menurut jumhur ulama’).
Adapun taqlid –dalam istilah jawa “gandulan sarunge kyai- adalah mengetahui 50 aqidah tanpa mengetahui bukti global maupun spesifik. Mengenai masalah taqlid, terjadi perselisihan pendapat diantara ulama’. Ada sebagian (minoritas) ulama’ yang berpendapat taqlid itu tidak cukup, orang yang taqlid adalah kafir. Ibnu Arobi dan Sanusi menjelaskan dalam syarah kitab al Kubro yang menyatakan menolak kepada orang yang berkata kecukupan taqlid. Akan tetapi, dinukil bahwa Sanusi menarik pendapatnya dan menyetujui kecukupan taqlid. Namun hal ini hanya qiila wa qoola, muallif belum menemukan di redaksi kitabnya.
Tingkatan iman
  1. Ijmali (global)
  2. Tafshili (terperinci)
  3. Tahqiiqi(sangat mendetail, keyakinan yang kokoh)

(Jumat, 14 Juli 2017)

Muqoddimah
    Ketahuilah bahwa sesungguhnya aqidah yang berjumlah 50 yang nanti akan diterangkan nanti dikumpulkan dalam 3 ranah, yaitu wajib, mustahil dan jaiz. Dikumpulkan (kristalisasi) bukan dikurangi. Warga Nahdhiyyin mengumpulkan semua aqidah Islam dalam 3 hal (ilmu akar).
  1. Wajib
Yang pertama adalah wajib. Dalam redaksi kitab Kifayatul Awwal (Tauhid) yang dinamakan wajib adalah sesuatu yang tidak bisa digambarkan / dibenarkan oleh akal ketiadaannya. Dalam arti yang sederhana wajib itu harus ada. Ketika tidak ada maka akal tidak bisa menggambarkan/ menerima/ membenarkan, alias tidak logis, tidak relistis.
Contoh: Jirim/materi (maa siwallah) yang membutuhkan tempat. Wajib butuh tempat untuk eksis. Jirim dibatasi oleh dimensi ruang, waktu dan arah. Pohon, papan tulis, kopi dll membutuhkan tempat untuk ada.
Eksistensi surga (media) penting karena mewadahi manusia (butuh media) untuk bertemu dengan Allah (tanpa media).
Eksistensi Allah menurut beberapa pandangan
a.      Tashawuf falsafi meyakini Allah membutuhkan tempat untuk ada
b.      Kristen meyakini Allah berada di surga
c.       Wahabi meyakini Allah berada di atas langit. Namun di atas langitnya Allah berbeda dengan di atas langitnya makhluk. Allah punya telinga, telinga Allah berbeda dengan telinga makhluk dst.
  1. Mustahil
Yang kedua adalah mustahil yang merupakan lawan dari wajib. Definisi muatahil dalam kitab ini adalah sesuatu yang tidak bisa digambarkan / dibenarkan oleh akal keberadaannya. Sesuatu yang mustahil untuk eksis serta ketiadaannya masuk akal/logis.
Contoh: jirim yang tidak mungkin (mustahil) untuk bergerak dan diam alam waktu yang bersamaan. Akal tidak membenarkan hal tersebut.
  1. Jaiz
Ranah yang ketiga adalah jaiz. Definisi jaiz dalam kitab ini adalah sesuatu yang bisa dibenarkan oleh akal keberadaannya dalam satu waktu dan ketiadaannya dalam waktu yang lain.
sesuatu yang tidak bisa digambarkan / dibenarkan oleh akal ketiadaannya: ketika dikatakan Zaid mempunyai anak ya sah-sah saja, skal bisa menerima. Ketika dikatakan Zaid tidak mempunyai anak akal pun bisa membenarkan. Karena keberadaan anak bagi Zaid adalah sesuatu yang jaiz.
Ketiga bagian tersebut memang merupakan kristalisasi dari semua aqidah. Mukallaf (orang yang sudah bisa dikenai hukum Islam) baik laki-laki maupun perempuan wajib mengetahui aqidah tersebut. Imam haromain mengatakan bahwa sesungguhnya memahami 3 ranah tadi merupakan suatu inti sari dari akal. Barang siapa tidak mengetahui makna wajib, makna mustahil, dan makna jaiz maka dikatakan dia tidak punya akal. Dalam kata lain akalnya tidak ada. (read : majnun)
(Jumat, 21 Juli 2017)



Faidzaa qiila hunaa al qudrotu...
a. Perbedaan wajib dalam perspektif tauhid dan fiqh
    Tatkala dalam ilmu tauhid disebutkan “Qudrat itu wajib bagi Allah” maka makna wajib disini adalah sesuatu yang tidak bisa dibenarkan oleh akal ketiadaannya.
    Dalam perspektif ilmu fiqh, wajib adalah apabila dilakukan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan maka mendapat dosa/ siksaKedua definisi diatas tidak bisa disamakan.
    Berarti apabila dikatakan wajib bagi mukallaf meyakini qudrat/ilmu Allah SWT maka yang dimaksud wajib disini adalah dalam ilmu fiqh, apabila dilakukan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan maka mendapat dosa/ siksa.
    Sedangkan jika dikatakan Qudrat/ilmu bagi Allah itu wajib. Maka wajib disini masuk dalam ranah ilmu tauhid.
b. Anjuran muallif agar kita tidak taqlid
    Berusahalah membedakan keduanya (perspektif tauhid dan fiqh). Jangan menjadi orang yang taqlid dalam aqo’ididdin karena iman orang yang taqlid menjadi ikhtilaf ulama. Bagi yang berpendapat taqlid tidak cukup maka neraka adalah tempat kembali selamanya (read : kafir [wal iyadu billah]). Sedangkam bagi yang menganggap taqlid itu cukup maka tidak apa-apa.
            Bahkan imam Sanusi berkata bahwa tidak dikatakan seseorang itu beriman ketika dia berkata “saya orang yang manteb –yakin dengan seyakinnya- dengan qoidah-qoidah meskipun saya dipotong-potong menjadi beberapa potongan (read : dimutilasi), saya tidak akan goyah dari keyakinan itusehingga dia mengetahui 50 qoidah dengan buktinya.
Mendahulukan ilmu tauhid ini merupakan hal yang wajib, seperti keterangan dalam kitab Syarhil Aqo’id.
Jumat, 28 Juli 2017

Al awwalu minsshifatil wajibah lillahi ta’ala al wujud
Terdapat ikhtilaf mengenai ta’rif wujud.
  1. Pandangan pertama
Selain Imam Asy’ari (Imam Maturidzi) dan ulama’ yang mengikutinya berpendapat bahwa wujud merupakan sifat yang wajib bagi dzat selama dzat tersebut masih ada (melekat pada dzat). Wujud merupakan sifat yang tidak diillati dengan ‘illat(laa tu’allilu bi’illatin). Makna wujud disini adalah sifat. Sesungguhnya wujud tidak bisa naik ke derajat maujud sehingga dapat disaksikan dan tidak bisa turun ke derajat ma’dum (tiada) sehingga memang murni ada. Bisa dikatakan bahwa wujud adalah hal yang berada di antara ada dan tiada.
Sebagai contoh, wujudnya Zaid adalah sifat yang wajib bagi dzatnya Zaid, artinya tidak bisa berpisah dari dzatnya Zaid. Makna laa tu’allilu bi’illatin adalah wujudnya dzat tidak muncul dari sesuatu, sifat wujud muncul bersamaan dengan wujudnya.
Berbeda dengan Zaid (maa siwallah) yang berkuasa. Sifat kuasa muncul karena Zaid punya kuasa. Zaid itu berkuasa memiliki arti bahwa ada 2 sifat yaitu wujud dan kuasa yang tak dapat disaksikan dengan panca indera.
Setiap dzat yang melekat pada dzat yang tidak di’illati oleh ‘illat dinamakan sifat nafsiyyah. Pandangan yang pertama ini memandang bahwa wujud adalah sifat nafsiyyah (sifat inti). Wujud eksis dahulu sebelum sifat-sifat yang lain. Ta’rif dari nafsiyyah adalah sesuatu yang tidak bisa digambarkan oleh akal kecuali dengan melihat sifat-sifatnya (keadaannya). Contohnya kebutuhan tempat bagi jirim kopi. Apabila kopi tidak butuh tempat maka tidak masuk akal.
Pendapat yang pertama ini menyatakan bahwa wujud adalah sifat. Berarti wujudnya Allah bukan dzatnya Allah, wujud makhluk bukan dzat makhluk. Sifat tak sama dengan dzat. Sifat dan zat adalah dua hal yang berbeda namun dalam satu uniti, satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
  1. Pandangan kedua
Jika pendapat pertama menyatakan bahwa wujud adalah sifat, pendapat kedua berpandangan lain. Qoul yang kedua ini adalah qoul Imam Abul Hasan al-Asy’ari dan ulama’ yang mengikutinya. Imam Asy’ari memberikan ta’rif tentang wujud. Yang dinamakan wujud adalahh ainu dzat (kenyataan dzat). Berarti wujud Allah adalah dzatnya Allah, wujud makhluk adalah dzatnya makhluk.
Pandangan Imam Asy’ari dapat diketahui bahwa wujud bukan sifat. Wujud adalah ainu dzat dan sifat adalah ghoiru dzat. Berarti wujudnya Allah adalah dzatnya Allah.
Simpulan dari dua versi pendapat di atas : wujud adalah sifat menurut qoul yang pertama, wujud adalah dzat menurut qoul yang kedua.
Jumat, 4 Agustus 2017

Waddaliilu ‘alaa wujuudillah.....
    Dalil wujud Allah adalah baru datangnya (keberadaan) alam semesta yang berawal dari ketiadaan. Alam semesta terdiri atas ajrom seperti dzat-dzat(materi) dan a’rod seperti gerak, diam dan warna. A’rod adalah sifat yang baru datang yang melekat pada materi. Dengan demikian, jirim dan a’rod adalah hal yang tidak dapat dipisahkan.
    Sesuatu hal baru yang ada tidak sah (read: mustahil) ada dengan sendirinya. Begitupula dengan alam semesta ini, yang berawal dari sebuah ketiadaan. Wujudnya alam sifatnya sama/setara dengan adamnya alam.  Alam itu muncul/ditemukan karena sifat wujudnya lebih unggul daripada sifat adamnya. Contohnya : Seseorang dikatakan diam karena sifat geraknya hilang, dan dikatakan bergerak karena sifat diamnya hilang. Kang Zaid boleh-boleh saja dilahirkan tahun 2017 atau tidak diwujudkan sama sekali yang berarti membuktikan ada proses penciptaan, adanya kehendak dzat yang mewujudkan, tidak eksis dengan sendirinya.

Fahaashiluddaliil.......
    Alam terdiri atas ajrom dan a’rod yang keduanya baru datang, bermakna bahwa diadakan setelah ketiadaaan. Sesuatu yang baru datang wajib ada zat pembaharu. Karena alam hadits (baru datang) maka wajib butuh muhdats (zat yang mendatangkan). Muhdats dikenal dengan lafadz jalalah (Allah) dan asma-asma yang lain seperti risalah yang dibawa oleh para nabi. Ini aalah dalil aqli. Simpulannya, baru datangnya alam adalah bukti wujudnya Allah.
Waammaddaliilu ‘alaa huduutsil ‘alam......
    Ketahuilah bahwa alam terdiri atas ajrom dam a’rod saja seperti keterangan sebelumnya. A;rod seperti gerak(harokat) dan diam(sakanat) adalah sesuatu yang baru datang. Bisa disaksikan adanya perubahan dari ada ke tiada atau dari tiada ke ada. Contohnya : gerak Zaid itu hilanh ketika Zaid diam, dan diam zaid hilang ketika Zaid bergerak.
Fa’alimta annal a’rod
    Kita telah mengetahui bahwa a’rodh adalah sesuatu hal yang baru, sedangkan ajrom menetap pada a’rodh dan setiap hal yang melekat pada sesuatu yang baru maka hal itu baru.
    Simpulan dalil: ajrom menetap pada a’rodh yang baru, setiap hal yang melekat pada sesuatu yang baru maka hal tersebut baru, sehingga ajrom adalah hal yang baru. Wujud ajrom dan a’rodh setelah tiada merupakan dalil eksistensi Allah SWT, karena sesuatu yang baru wajib memiliki pembaharu. Dan Zat Maha Pembaharu alam semesta ini tidak lain adalah Allah SWT. Hal ini termasuk dalil ijmali –dalil umum yang menurut imam Sanusi dan Imam Ibnu ‘Arobi menganggap kafir orang yang tidak mengetahui dalil ijmali. Maka berusahalah agar iman kita tidak diperselisihkan.
Jumat, 18 Agustus 2017

ص 33
الصفة الثانية الواجبة له تعالى القدم
Sifat wajib bagi Allah SWT yang kedua adalah qidam.
Makna : tanpa permulaan, tiada yang mengawali
Berbeda dengan Kang Zaid yang mempunyai awalan yaitu tercipta dari nuthfah dst.
(+) peradaban manusia (read : Adam) bermula sekitar 8000 SM
(+) Dalam Kristen, Tuhan itu Alfa (awal) tapi hanya sekadar klaim. Kita tahu bahwa Yesus mempunyai awal yaitu dilahirkan oleh sayyidah Maryam (Yesus punya awalan).
Terdapat ikhtilaf ma’na Qodim dan Azali
1. Qoul pertama
            Qoul I menyatakan bahwa qadim sama dengan azali.
2. Qoul kedua
            Qoul kedua menyatakan bahwa qodim berlaku dalam sifat maujud, sedangkan azali berlaku pada sifat wujud dan ghoiru wujud. Jadi cakupan azali lebih besar/luas/umum daripada qodim.
Azali itu zat + sifat seperti wujud, qidam, ....., kalam
Qodim itu sifat seperti kaunillahi qodiron.

Dalil qidamnya Allah SWT
    Jika Allah tidak qodim maka pastilah Allah hadits, hadits butuh muhdats, muhdast butuh muhdats yang lain........etc dan tidak ada endingnya, maka terjadi tasalsul –kesinambungan sesuatu dengan sesuatu yang lain tanpa ujung- atau daur –berhentinya sesuatu karena sesuatu yang lain (Allah A diciptakan oleh Allah B, Allah B diciptakan oleh Allah C, Allah C diciptakan oleh Allah D, Allah D diciptakan oleh Allah A dst). Baik tasalsul maupun daur keduanya mustahil. Sehingga hudutsnya Allah adalah sesuatu yang mustahil. Dengan kata lain, Allah wajib mempunyai sifat qidam.

Mukallaf wajib mengetahui dalil ijmali agar imannya tidak hanya taqlid yang diperselisihkan.
Jumat, 25 Agustus 2017

35 ص
الصفة الثالثة الواجبة له تعالى البقاء
Sifat wajib bagi Allah SWT yang ketiga adalah baqo’(kekal).
Makna: tidak ada yang mengakhiri.
    Dalil : jika sifat adam(tiada) boleh disandingkan dengan Allah maka pasti Allah hadits, hadits butuh muhdats etc sehingga yang terjadi adalah tasalsul atau daur.
    Penjelasan: jika sesuatu boleh mempunyai sifat adam maka sesuatu tersebut tidak mempunyai sifat qidam, karena sesuatu yang ada (wujud) jika bertemu sesuatu yang tiada (adam) maka sifat wujudnya boleh ada boleh tiada, maka sesuatu tersebut hadits, hadits butuh muhdats etc sehingga terjadi daur atau tasalsul yang keduanya mustahil.

    Mukallaf wajib mengetahui setiap aqidah dan wajib mengetahui dalil umumnya. Apabila dia mengetahui aqidahnya saja dan tidak tahu dalilnya maka hal tersebut tidak cukup bagi ulama’ yang menganggap taqlid itu tidak cukup. Imannya masih kontroversial (diperselisihkan).
Jumat, 8 September 2017

36 ص
الصفة الرابعة الواجبة له تعالى المخالفة للحوادث
Sifat wajib bagi Allah SWT yang keempat adalah mukholafah lilhawadits.
Makna: Allah berbeda dengan makhluq dari segala sisi.
Makhluq : manusia, jin, malaikat, cahaya, batu, air etc.
Menyifati Allah dengan sifat-sifat makhluq = tidak sah.
Sifat-sifat makhluq seperti: berjalan, duduk, memiliki anggota2(mulut, mata, telinga etc) etc.
Allah disucikan/dibersihkan dari sifat-sifat makhluq.

NOTE : SESUATU YANG KAMU GAMBARKAN TENTANG ALLAH ADALAH BUKAN ALLAH.

(+) Ada 2 konsep memahami ayat-ayat mutasyabihat (read : belum jelas, lawan dari muhkamat) dalam Qur’an.
1. Era salaf (Nabi, Shahabat & tabi’in) memahami dengan tafwidh ma’a tanzih (pasrah apa adanya dengan mensucikan)
2. Era kholaf (setelah tabi’in) memahami dengan takwil (mengarahkan pada makna yang sesuai/patut)
Karena 2 konsep diatas maka muncul qo’idah :

طريقة السلف أسلم, طريقة الخلف أحكم

Toriqotussalaf aslam, thoriqotul kholaf ahkam

Toriqohnya salaf itu lebih selamat, toriqohnya kholaf itu lebih bisa dipakai hukum.

*) konsep salaf (tafwidh ma’a tanzih) silakan digunakan ketika sudah mampu mengendalikan akal dalam artian ketika ada lafadz “Allahu akbar” tidak membayangkan besarnya Allah SWT.
*) konsep kholaf (takwil) silakan digunakan ketika akal masih membayangkan dzat Allah, maka harus ditakwil. Misalkan yadullah dimaknai kekuasaan Allah, Allah turun ke langit bumi dimaknai rihmat Allah yang turun ke langit bumi, etc.

Dalil mukholafah lilhawadits
Jika Allah menyamai sesuatu maka Allah sama dengan sesuatu, jika sesuatu itu baru datang (hadits) maka tidak salah jika dikatakan Allah itu hadits, jika Allah hadits maka butuh muhdats......etc maka terjadi daur atau tasalsul  yang keduanya mustahil, sehingga Allah tidak sama dengan makhluq. Dalam kata lain Allah berbeda dengan makhluq-Nya.

Natijah/simpulan
    Kamu bisa mengatakan jika Allah serupa dengan hadits dalam sesuatu maka Allah sama dengan makhluq, karena sesuatu yang boleh pada salah satu 2 hal yang sama maka sesuatu tersebut boleh pada hal yang lain, hudutsnya Allah itu mustahil karena Allah wajib mempunyai sifat qidam dan ketika huduts tidak berada pada Allah maka Allah berbeda dengan makhluq.
Tidak ada sesuatu di antara Allah dan makhluq.

Keterangan di atas termasuk dalil ijmali yang wajib diketahui oleh setiap mukallaf.
Perbedaan Allah dengan makhluq
No.
Perbedaan
Allah
Makhluq
1.
Dzat
Qidam, tidak tersusun dari jirim dan a’rodh
Hadits, tersusun dari jirim dan a’rodh
2.
Sifat
Sempurna
Kurang
3.
Af’al
Menciptakan
Diciptakan

Jumat, 6 Oktober 2017

38 ص
الصفة الخامسة الواجبة له تعالى القيام بالنفس
Sifat wajib bagi Allah SWT yang kelima adalah berdiri sendiri.
Makna: Allah tidak butuh tempat dan zat yang mewujudkan (mukhoshshish).
Tempat (mahal) itu dzat.
Mukhoshshish itu dzat yang mewujudkan.
Allah tidak butuh dzat untuk berdiri dan tidak butuh dzat yang mewujudkan, karena Allah Dzat Yang Maha Mewujudkan segala sesuatu.
Dalil qiyamuhu binafsih:
jika Allah butuh tempat untuk berdiri/eksis-seperti kebutuhan putih (read : sifat putih) pada dzat untuk eksis- maka Allah adalah sifat, sedangkan sifat tidak mungkin disifati dengan sifat, sehingga hal itu mustahil. Jadi, Allah tidak butuh tempat.
Jika Allah butuh dzat yang mewujudkan, maka Allah hadits, jika hadits maka butuh muhdats, muhdats butuh muhdats.............. etc sehingga terjadi daur/tasalsul yang keduanya mustahil. Jadi, Allah tidak butuh dzat yang mewujudkan.
Simpulannya, Allah tidak butuh tempat dan dzat yang mewujudkan.
In other words, Allah berdiri sendiri(qiyamuhu binafsih).

40 ص
الصفة السادسة الواجبة له تعالى الوحدانية فى الذات والصفات والافعال
Sifat wajib bagi Allah SWT yang keenam adalah satu dalam dzat, sifat, dan af’al.
Makna: tanpa ta’addud (bilangan). Allah SWT Esa satu dalam:
1. dzatnya
Kam muttashil fi dzat: Allah tersusun dari beberapa juzz/komponen.
Kam munfashil fi dzat: ada wujud lain yang serupa dengan Allah SWT.
Sifat wahdaniyyah menafikan 2 kam diatas.
2. sifatnya
Kam muttashil fu shifat: Allah mempunyai 2 sifat yang serupa (2 qudroh, 2 irodah, 2 ilmu)
Kam munfashil fi shifat: ada keserupaan sifat yang sama dengan Allah yang dimiliki oleh selain Allah.
Sifat wahdaniyyah menafikan 2 kam diatas.
3. af’alnya
Kam munfashil fil af’al: ada af’al (perbuatan) lain selain af’al Allah.
Sifat wahdaniyyah menafikan kam diatas.
Di alam semesta ini tidak ada af’al lain selain af’alullah. Makhluk (manusia, malaikat dll) tidak mempunyai af’al. Namun ada beberapa pemahaman yang harus diketahui agar tidak menjadi Jabbariyyah.
Secara hakikat: semua af’al hakikatnya adalah af’alnya Allah.
Secara majazi: tetap ada sabab musabab/ hukum kausalitas (read: sunnatullah).
Secara adab: yang buruk dari manusia, yang baik dari Allah SWT.
Akibat dari 5 kam di atas adalah sebuah kehancuran alam semesta.
Ringkasan 5 kam yang mustahil
  1. Kam muttashil fi dzat: Allah tersusun dari beberapa juzz/komponen.
  2. Kam munfashil fi dzat: ada wujud lain yang serupa dengan Allah SWT.
  3. Kam muttashil fu shifat: Allah mempunyai 2 sifat yang serupa (2 qudroh, 2 irodah, 2 ilmu)
  4. Kam munfashil fi shifat: ada keserupaan sifat yang sama dengan Allah yang dimiliki oleh selain Allah.
  5. Kam munfashil fil af’al: ada af’al (perbuatan) lain selain af’al Allah.
Sifat wahdaniyyah menafikan kam-kam diatas.

Jumat , 20 Oktober 2017

Dalil wajibnya wahdaniyyah bagi Allah SWT
Dalil wajibnya wahdaniyyah bagi Allah SWT adalah wujudnya alam.
Keberadaan alam semesta menjadi bukti bahwa Allah SWT itu esa.
Jika Allah SWT mempunyai sekutu/teman maka yang timbul adalah kerancuan/banyak persoalan.
1. Persoalan pertama
            Ada kalanya Allah dan sekutunya sepakat dalam mewujudkan alam, yang terjadi adalah eyel-eyelan. Tuhan pertama berkata, “Bumi itu saya yang menciptakan dengan kuasa saya.” Tuhan yang kedua berkata,”Bukan, bumi itu yang menciptakan adalah saya dan kamu”.
2. Persoalan kedua
            Ada kalanya berbeda dalam mewujudkan alam. Tuhan pertama berkata, “Saya ingin bumi itu bulat.” Tuhan yang kedua berkata,”Saya ingin bumi itu datar”.

Akibat Allah mempunyai sekutu :
1. Ketika sepakat, maka yang timbul adalah berkumpulnya 2 dzat yang mewujudkan.
2. ketika berbeda
  1. Ada kalanya keinginan Tuhan 1 terjadi, kehendak Tuhan 2tidak terjadi (lemah). Kita boleh/sah mengatakan sama terhadap 2 hal yang sama. Misalkan kita mengatakan kedua Tuhan (Tuhan 1 dan 2) lemah.
  2. Ada kalanya kehendak kedua tuhan tidak terjadi karena sama-sama kuat, sama-sama irodah. Maka yang terjadi adalah keduanya sama-sama lemah.
  3. Ada kalanya kehendak tuhan 1 dan kehendak tuhan 2 sama-sama terjadi, mustahil, akal tidak akan menerima hal tersebut.
(+) Logika normal akan menerima Tuhan itu satu. Apabila meyakini bahwa tuhan lebih dari satu maka logikanya tidak normal (read: cacat).
(+) Kaum kafir Quraisy mengakui kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW mengenai keesaan Allah SWT. Akan tetapi mengapa mereka tidak masuk Islam? Alasannya:
  1. Gengsi
  2. Faktor ekonomi: takut komoditi dikuasai oleh Islam (read: Muhammad). Faktor ini yang paling dominan.
  3. Faktor berhala (faktor yang resesif).
(+) Berhala Issaf dan Naila adalah dulunya sepasang kekasih yang melakukan hubungan intim di dalam Ka’bah. Namun para pemujanya menganggap bahwa Issaf dan Naila adalah manusia yang patut diteladani.
45

Jumat, 3 November 2017

Ngapunten mauquf, dereng sempet nglajengke……..
Mugi manfa’ah


…………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Lanjutan (Kitabah ini penulis mauqufkan setahun lebih dengan alibi sibuk. Selain itu, penulis pernah mendapati maqolah “Kalau bisa ditunda, mengapa dikerjakan sekarang?Reader jangan ikut-ikutan termakan maqolah ini…hahaha) (17/01/19)
Wujudnya alam menjadi bukti keesaan Allah SWT, dan tiada sekutu bagi Allah dalam perbuatan. Dari dalil tersebut, dapat diketahui bahwa tiada dampak/efek sama sekali bagi api dalam membakar, pedang dalam memotong, atau makan dalam memberikan rasa kenyang. Allah lah yang menciptakan sifat terbakar ketika sesuatu terkena api. Allah yang menciptakan sifat terpotong ketika sesuatu dipedang. Allah yang menciptakan sifat kenyang ketika makan, segar ketika minum.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui:
a.      Orang yang meyakini api itu membakar karena tabiatnya api, yang meyakini air yang menyegarkan karena tabiatnya air, maka kafir.
b.      Orang yang meyakini api itu membakar karena kekuatan yang diberikan oleh Allah untuk api maka bodoh dan fasiq karena tidak mengetahui hakikat sifat wahdaniyyah.
Dalil di atas termasuk ke dalam dalil ijmali. (Sudah paham ya?) ok next >>>
Qidam, baqo’, mukholafah lilhawadits, qiyamuhu binafsih dan wahdaniyyah termasuk ke dalam sifat salbiyyah. Makna yang penulis ingat adalah ndhedhel. Artinya sifat tersebut merusak dan menafikan segala sesuatu yang tidak patut bagi Allah SWT.

الصفة السابعة الواجبة له تعالى القدرة
Sifat wajib bagi Allah yang ketujuh adalah qudroh/berkuasa.
Maknanya Allah Maha Kuasa pada hal yang mumkin ada atau tiada.
Qudroh merupakan sebuah kuasa yng berdampak/berkorelasi/berhubungan/selaras pada hal yang mumkin ada atau tiada.
Kuasa Allah selaras dengan jalurnya (koridornya), misalnya:
a.      Allah menciptakan anak manusia
b.      Allah menciptakan batu besar
c.       Allah menciptakan makhluq
Sedangkan yang masuk ke dalam kategori yang tak sesuai jalur/koridor, misalnya:
a.      Allah menciptakan anak bagi Allah
b.      Allah menciptakan batu besar yang Allah tidak kuat mengangkatnya
c.        Allah menduplikasi Allah
Untuk kategori yang tidak sesuai, Allah bukannya tidak berkuasa, namun tidak selaras (re: tidak nyambung).
Hubungan (ta’alluq) qudroh
a.      Ta’alluq dengan hal yang tiada menjadi ada, seperti hubungan qudroh Allah dengan ketiadaan Arlan menjadi keberadaan Arlan (from not exist to be exist)
b.      Ta’alluq dengan hal yang ada menjadi tiada.

v  Ta’alluq tanjiziyy hadits merupakan ta”alluq yangt sesuai dengan kenyataan/fakta dari yang ada menjadi tiada dan dari tiada menjadi ada. Ini adalah sebuah kenyataan/perwujudan dari suluhiyy.
v  Ta’alluq suluhiyy qodim merupakan sebuah kepantasan bagi Allah mewujudkan sesuatu di zaman azali. Ini merupakan sebuah konsep. Zaman azali adalah zaman yang melekat pada Allah SWT. Al Awwal bilaa ibtida’.
v  Ta’alluq haqiqi: benar-benar nyata.
v  Ta’alluq majazi: ta’alluq qudroh yang berhubungan dengan maujud, setelah adanya maujud, dan sebelum tidak adanya maujud. Maujud adalah sesuatu yang ada.
Contohnya: ta’alluq qudroh terhadap wujud kita dan sebelum tiadanya kita. (dalam kata lain antara ada dan tiada)
Nama lain dari ta’alluq majazi adalah ta’alluq qobdhoh. Secara etimologi, qobdhoh artinya genggaman atau kekuasaan. Maknanya sesungguhnya sesuatu yang ada dalam kekasaan qudroh jika Allah berkehendak. Opsinya adalah Allah menetapkan wujudnya maujud atau meniadakan maujud.

Konseptual
(zaman azali)

Kang Narlan Menulis

Kenyataan
(now)

Ada irodah Allah, proses: ta’alluq majazi

tiada

ada
 






Ta’alluq qudroh secara terperinci ada tujuh, yaitu:
1.      Suluhiyy qodim: kepantasan Allah mewujudkan sesuatu di zaman azali.
2.      Ta’alluq qobdhoh I yang berhubungan dengan kita sebelum wujudnya kita.
3.      Ta’alluq fa’li yang berhubungan dengan kenyataan proses perwujudan.
4.      Ta’alluq qobdhoh II yang berhubungan dengan sesuatu setelah adanya sesuatu dan sebelum Allah menghendaki tidak adanya sesuatu.
5.      Ta’alluq fa’li II yang berhubungan dengan proses peniadaan sesuatu.
6.      Ta’alluq qobdhoh III setelah tiadanya sesuatu dan sebelum dibangkitkan.
7.      Ta’alluq fa’li III yang berhubungan dengan kita di alam kebangkita.
Ta’alluq qudroh secara ijmali/global hanya ta’alluq suluhiyy dan tanjiziyy.
v  Jumhur ulama’ berpendapat bahwa qudroh berlaku pada yang ada dan tiada.
v  Minoritas ulama’ mengatakan bahwa qudroh hanya berlaku pada yang ada saja.

“Ketika Allah menghendaki tiadanya sesuatu maka Allah mencegah pertolongan atau sebab-sebab dari adanya sesuatu tersebut”
“Manusia punya kehendak lokal, Allah punya kehendak mutlaq. Hakikat kita berdoa adalah karena Allah menghendaki kita berdoa”
Jumat, 8 Desember 2017

الصفة الثامنة الواجبة له تعالى الارادة
Sifat wajib bagi Allah yang kedelapan adalah irodah.
Irodah adalah sifat yang mengkhususkan/menentukan terhadap sesuatu hal yang mumkin terjadi dan sesuatu yang boleh melekat atasnya.
“Segala sesuatu yang tidak mumkin tidak pernah dikehendaki oleh Allah”
Contoh: Zaid boleh saja tinggi atau pendek. Ketika Zaid tinggi maka kehendak Allah adalah menentukan zaid tinggi. Penulis boleh saja melanjutkan atau memauqufkan kembali tulisan ini. Apabila penulis melanjutkan menulis, maka Allah lah yang menghendaki hal tersebut.
-          Saya ingin menulis = irodah (menentukan)
-          Saya menulis = qudroh (mewujudkan)
Segala sesuatu yang mumkin (mumkinaat) ada enam, yaitu:
1.      Wujud (ada)
2.      ‘Adam (tiada)
3.      Sifat (tinggi, pendek, dsb)
4.      Zaman (waktu)
5.      Makan (tempat)
6.      Jihat (arah)
Keenam mumkinat tersebut saling berlawanan. Misalnya ada tiada, panjang pendek, atas bawah, tempat ini tempat itu, dst.
Simpulannya, Kang Narlan, sebelum adanya Kang Narlan, boleh bagi Allah menetapkan ada atau tiada. Ketika Kang Narlan wujud, maka kehendak Allah bekerja mewujudkan Kang Narlan dari tiada menjadi ada. Suka-suka Sang Maha Pencipta (Nyatanya sampai bagian ini masih menulis J)
Jumat, 5 Januari 2018 (Awal Nishfu Tsani)

الصفة التاسعة الواجبة له تعالى العلم
Sifat yang wajib bagi Allah yang kesembilan adalah ‘ilmu.
Sifat ‘ilmu adalah sifat yang dahulu yang melekat pada dzatnya Allah yang dengan sifat tersebut hal yang diketahui terbuka yang meliputi luar dalam tanpa ada permulaan dan kesamaran.
v  Ilmu Allah tanpa ada permulaan dan kesamaran
v  Ilmu makhluq ada permulaan dan kesamaran
v  Ilmu ada bersamaan dengan adanya Allah. Allah ada maka ilmullah juga ada (re: qodim)
v  Ilmullah mutlaq mengetahui luar dalam (meliputi)
Ta’alluq sifat ilmu ada tiga sbb.
1.      Hal yang wajib. Misalnya Allah tahu kalau Allah Tuhan, Esa, Qodim, dst.
2.      Hal yang jaiz. Allah tahu semua hal yang jaiz.
3.      Hal yang mustahil. Misalnya Allah tahu kalau sekutu bagi-Nya itu mustahil.
Sifat ilmu hanya mempunyai ta’alluq tanjiziyy qodim. Allah tahu semua hal sejak zaman azali dengan ilmu yang sempurna, bukan secara prasangka (ظن) dan keraguan (شك).
من غير سبق حفاء*
Makna * Allah mengetahui segala sesuatu sejak zaman azali. Sedangkan makhluq itu dari tidak tahu (re: jahl) menjadi tahu.
Ilmu tidak mempunyai ta’alluq suluhiyy.

ص 52
الصفة العاشرة الواجبة له تعالى الحياة
Sifat wajib bagi Allah SWTyang kesepuluh adalah hidup (hayat)
Hayat adalah sifat yang membenarkan sifat-sifat Allah lainnya (ilmu, sama’, bashor dll)
v  Sifat ilmu, bashor dll bisa wujud/eksis karena sifat hayat
v  Wujud bisa jadi hidup bisa jadi tidak hidup
v  Hidup pasti wujud
v  Melihat, ilmu, mendengar pasti hidup, tapi hidup belum tentu melihat, ilmu, mendengar

wujud
Penulis coba mengilustrasikan dalam bentuk diagram Venn sbb:

hidup

Ilmu dll
 




Hayat tidak berhubungan langsung dengan maujud dan tiada. Ada dan tiada berhubungan langsung dengan qudroh dan irodah.
Dalil wajibnya qudroh, irodah, ilmu, dan hayat adalah wujudnya makhluq.
Jika tanpa 4 sifat tersebut maka tiada makhluq, jika ada makhluq maka ada 4 sifat tersebut. (-p => -q ó q => p) selaras dengan teori logika yang penulis pelajari di bangku perkuliahan semester pertama pada mata kuliah Introduction to Basic Mathematics.
Penciptaan makhluq tidak dilakukan kecuali:
1.      Harus tahu apa yang dikerjakan
2.      Menghendaki sesuatu yang ingin dikerjakan dengan irodah
3.      Melakukan sesuatu sesuai yang dikehendaki dengan qudroh
(note: harus hidup/hayat)

Hayat

Ilmu

Irodah

Qudroh

Wujud makhluq
 





Sifat ilmu, irodah dan qudroh disebut sifat ta’tsir (صفات التأثير) yaitu sifat yang memberikan dampak. Dalam bahasa lain nglabeti.
Setiap akan melakukan sesuatu pasti mengetahui sesuatu tersebut.
Contoh: Kang Zaid punyaTV di rumahnya. Dia ingin memindahkan TV tersebut. Sudah pasti dia mengetahui letak TV yang akan dipindahkan (sifat ilmu).
Jumat, 19 Januari 2018
ص 54
الصفة  الحادية عشر والثانية عشر له تعالى السمع والبصر
Sifat wajib bagi Allah yang kesebelas dan kedua belas adalah sama’ dan bashor. Mendengar dan melihat.
Dua sifat ini merupakan sifat yang melekat pada dzat Allah yang berhubungan (ta’alluq) dengan setiap hal yang ada (maujud).
Ta’alluq sama’ dan bashor: segala sesuatu yang ada, meliputi:
1.      Wajib (cth: dzat Allah, sifat Allah)
2.      Jaiz (cth: wujudnya makhluq)
Sama’ dan bashor menjadi sifat penguat (taukid) dari sifat ‘ilmu. Dalam konteks makhluq kita memahami bagaimana bisa mengetahui jika tidak mendengar dan melihat?
Poinnya adalah Allah mendengar dan melihat
1.      Mendengar dzat dan suara (ghoiru dhohir dan dhohir)
2.      Melihat dzat dan suara (dhohir dan ghoiru dhohir)
Kita wajib mengimani sama’ dan bashor Allah yang berhubungan dengan setiap hal yang maujud. Masalah kaifiyyah ta’alluq, kita tidak tahu alias jahil. Dalam bahasa lain akal ora nyandhak.
(+) Aliran sesat dalam Islam
1.      Mujassimah yaitu menjisimkan Allah.
2.      Musyabbihah yaitu mengerupakan Allah dengan makhluq.
Mendengarkan dzatnya Zaid bukan berarti mendengarkan pergerakan dzat melainkan mendengarkan inti dzat.
Dalil Sama’ dan Bashor:
1.      Ziyadah atau taukid dari sifat ilmu.
2.      Jika Allah buta dan tuli, maka lemah. Jika lemah maka tidak layak bagi Allah. Allah Maha Suci dari sifat tuli dan buta.
Ta’alluq sama’ dan bashor:
1.      Suluhiyy qodim
2.      Tanjiziyy hadits
Allah mendengar dan melihat dzat dan sifat-Nya.
Jumat, 26 Januari 2018

الصفة الثالثة عشر له تعالى الكلام
Sifat wajib bagi Allah yang ketiga belas adalah kalam.
Kalam merupakan sifat yang dahulu yang menetap pada dzatnya Allah, tidak berupa huruf dan tidak berupa suara, disucikan dari permulaan, akhiran, i’rob, dan bina. (berbeda dengan makhluq)
Makna: bukan runtutan huruf yang termaktub dalam Qur’an karena hal ini bersifat hadits. Ada permulaan. Contohnya percetakan al-Qur’an.
“Lafadz yang tertulis tidak menunjukkan sifat qodim, namun sifat qodim dapat dipahami dengan perantara lafadz.”
Urutan penyampaian kalam

الله

جبريل

Baitul ‘izzah
(langit dunia)

محمد
 




Waqiila diturunkan secara langsung, waqiila diturunkan secara berangsur-angsur.
Jumat, 2 Februari 2018

الصفة الرابعة عشر له تعالى كونه قادرا
Sifat yang wajib bagi Allah yang keempat belas adalah kaunuhu qodiron.
Kaunuhu  qodiron merupakan sifat yang melekat pada Allah SWT yang tidak diwujudkan dan tidak dihilangkan.
Kaunuhu qodiron tidak sama dengan qudroh
Diantara sifat qudroh dan kaunuhu qodiron terdapat talazum* (*saling terkait)
Maknanya apabila dzat berkuasa (qudroh) maka ditemukan keadaan berkuasa (kaunuhu qodiron). Apabila ada irodah maka ada kaunuhu murida. Apabila ada kalam maka ditemukan kaunuhu mutakaliman.
Allah menciptakan qudroh dalam dzat Zaid dan kaunuhu qodiron sepaket.
v  Qudroh= sebab/alasan/illat
v  Kaunuhu qodiron= efek/dampak/akibat/hal
Qudroh bagi Allah bukan ‘illat.
Pemahaman mu’tazilah
Allah menciptakan qudroh pada dzat tetapi tidak menciptakan kaunuhu qodiron pada dzat.
Jumat, 9 Februari 2018

Sifat qudroh s.d. kalam disebut  sifat ma’ani (7 sifat)
Sifat qodiron s.d. mutakalliman disebut sifat ma’nawiyyah (7 sifat)
Antara sifat ma’ani dan ma’awiyyah saling terkait.
(Keterangan lebih luas silakan buka di kifayatul awwam)

Dari 50 qoidah, ada 20 sifat mustahil bagi Allah (Kebalikan dari sifat wajib Allah)
1.      Adam (tiada)
2.      Huduts (baru)
3.      Fana’ (rusak)
4.      Mumatsalah lil hawadits (menyerupai makhluq)
5.      Ihtiyaju lighoirihi (butuh kepada makhluq)
6.      Ta’addud (berbilang)
7.      Aj’zun (lemah)
8.      Karohah (terpaksa)
Perwujudan makhluq:
a.      Tidak dengan jalan ta’lil (‘illat). Misalnya, gerakan cincin wujud karena gerakan jari wujud.
b.      Tidak dengan jalan thob’i. misalnya, api membakar ketika bersentuhan dengan kayu kering dan terhindar daribasah (air).
Allah bukan ‘illat dari alam, bukan embrio dari wujudnya alam.
9.      Jahl (bodoh), diba gi menjadi 2, yakni:
a.      Basith: tidak paham apa-apa
b.      Murokkab: beda paham
10.  Maut (mati)
11.  Shum (tuli)
12.  ‘Umyun (buta)
13.  Bukmun (bisu)
14.  Kaunuhu ‘ajizan
15.  Kaunuhu karihan
16.  Kaunuhu jahilan
17.  Kaunuhu mayyitan
18.  Kaunuhu ashomm
19.  Kaunuhu a’ma
20.  Kaunuhu abkam

Segala sesuatu itu ada 4, yaitu:
1.      Hal yang maujud  : seperti dzatnya Zaid
2.      Ma’dumat             : seperti anakmu sebelum diciptakan
3.      Ahwal                     : seperti kaunuhu qodiron (keadaan menulis)
4.      I’tibar                     : seperti tetapnya berdiri bagi Zaid (ketetapan menulis)

v  Duapuluh sifat wajib itu menurut pendapat Imam Sanusi (dalam kitab Sughro). Total 50 sifat.
v  Mu’allif (Syeikh Muhammad al Fudholi) tidak sepakat. Beliau menafikan ahwal (kaunuhu qodiron ila akhirihi/ sifat ma’nawiyyah) sebanyak 7 sifat. Jika sifat ma’nawiyyah (7) hilang, maka sifat kebalikannya (7) juga hilang. Total 36 sifat.
v  Imam Asy’ari tidak menganggap wujud itu sifat, melainkan ainu dzat. (12, 12, 1, 4, 4, 1). Total 34 sifat.
v  Jika kamu ingin mengajarkan sifat-sifat Allah kepada orang awwam, jelaskanlah asma’ yang jelas (36= 13+13+1+4+4+1) termasuk wujud.
v  Sebagian ulama’ membedakan ahwal (keadaan) dan I’tibar (ketetapan). Keduanya adalah selain maujud dan ma’dum.
v  Ahwal: punya ta’alluq dan menempati dzat.
v  I’tibar: tidak punya ta’alluq dan tidak menempati dzat.

Jumat, 2 Maret 2018

Qoidah yang keempat puluh satu adalah sifat ja’iz bagi Allah SWT.
Dalam artian Allah boleh menciptakan baik dan buruk.
Dalam kitab kain dijelaskan fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu.

Tentang qodho dan qodar
Qodho
Qodar
Irodah Allah yang berta’alluq di zaman azali
Kenyataan
Ilmullah yang berta’alluq dengan ilmu di zaman azali
Terwujudnya ilmullah
Qodim
Hadits

v  Menurut ahlussunnah wal jama’ah, Allah tidak wajib menciptakan sesuatu.
v  Menurut mu’tazilah, Allah harus berbuat baik kepada hamba.


ص 74
Sebagian syariat yang direvisi:
ü  Iddah wanita yang ditinggal mati 6 bulan menjadi 4 bulan 10 hari.
ü  Awal Islam khamr halal (fase I), kemudian tidak boleh minum khamr ketika hendak shalat (fase II), akhirnya diharomkan (fase III).
ü  Nikah kontrak (mut’ah) halal menjadi harom.

v Wajib hukumnya (secara terperinci) bagi mukallaf mengetahui dan membenarkan para Rasul yang disebut dalam Qur’an. Menurut beberapa referensi, jumlah Rasul sebanyak 313 dan nabi sebanyak 124 ribu.
v Menurut Syeikh Sa’id, meyakini  hal tersebut secara global cukup. Namun pendapat ini tidak dijadikan acuan.

v Wajib hukumnya meyakini qurun waktu terbaik adalah masa shohabah (shohabah utama: Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali). Setelah itu masa-masa tabi’in, baru kemudian tabi’ut tabi’in.
v Akan tetapi, menurut Imam Ulqomi, yang diutamakan adalah Sayyidatuna Fatimah dan Sayyidina Ibrohim.
v Menurut syeikh Malik, semua anak Rasulullah sama-sama diutamakan.
v Wajib mengetahui Rasulullah SAW lahir du Makkah al Mukarromah dan wafat di Madinah al Munawwaroh.
v Wajib bagi ayah mengajarkan aqidah kepada anak-anaknya.
Putra-putri Rasulullah SAW ada 7, yakni:
1.      Sayyiduna Qosim
2.      Sayyidatuna Zainab (menikah dengan Abul ‘Ash)
3.      Sayyidatuna Ruqoyyah (menikah dengan Sayyiduna Utsman)
4.      Sayyidatuna Fatimah (menikah dengan Sayyiduna Ali)
5.      Sayyidatuna Ummu Kultsum (menikah dengan Sayyiduna Ustman)
6.      Sayyiduna Abdullah (dilaqobi dengan Ath Thoyyib dan Ath Thohir)
7.      Sayyiduna Ibrohim
Nomor 1 s.d. 6 dari Sayyidatina Khodijah, nomor 7 dari Sayyidatina Mariyah al Qibthiyyah

Aqidah yang ke-42 s.d. 45 adalah sifat Shidq, Amanah, Tabligh, Fathonah (disebut sifat wajib) bagi para rosul.
Sedangkan aqidah ke-46 s.d. 49 adalah sifat Kidzib, Khiyanat, Kiuman, Baladah (disebut sifat muhal) bagi rosul.
Bukti sifat shidq (gunakan kontradiksi, seperti logika memahami sifat wajib bagi Allah SWT)
Tatkala rasul dusta, maka khobar rosul dusta. Jika khobar rosul dusta, maka khobar Allah dusta. Ini hal yang mustahil. Simpulannya, rosul wajib shidq/jujur.
Bukti sifat amanah
Jika rosul khianat, maka rosul melakukan hal yang harom makruh. Jika rosul demikian, maka perintah seperti yang dilakukan rosul (uswah) yaiu harom/ makruh. Hal ini mustahil karena Allah tidak memerintah keburukan. Jadi, rasul wajib amanah.
Bukti sifat tabligh
Apabila rasul kitman, maka perintah tidak disampaikan, jika demikian, maka tidak sah (dilaknat). Jadi, rosul wajib tabligh.
Bukti sifat fathonah
Jika rosul tidak cerdas, maka tidak mampu mendirikan hujjah kepada para musuh. Padahal, mustahil berhujjah tanpa kecerdasan. Simpulannya, wajib bagi rosul memiliki sifat fathonah.
Aqidah yang ke-50 adalah sifat jaiz rosul yaitu sifat-sifat kemanusiaan yang dimiliki oleh rosul.
Bukti sifat jaiz rosul
Rosul senantiasa naik derajat. Sakitnya rosul menambah derajat dan sebagai penghibur bagi selain rosul.
Kelimapuluh aqidah telah dijelaskan oleh mushonnif disertai dengan dalil-dalilnya yang logis (masuk akal). Setelah pembahasan aqoid 50, mushonnif memberikan tambahan aqidah yang biasa dibahas dalam masyarakat.
Wajib mengimani bahwa Rasulullah SAW mempunyai 2 telaga (Kautsar dan lainnya). Terkait letak telaga tersebut, terjadi khilaf. Ada yang mengatakan sebelum shiroth, dan ada pula yang berpendapat telaganya terletak setelah shiroth.
Wajib iman tentang syafa’at Rasulullah.
Wajib iman bahwa jika melakukan dosa selain kafir maka tidak menjadi kafir.
Wajib taubat sesegera mungkin setelah melakukan dosa.
Wajib meninggalkan sifat-sifat tercela, seperti sombong (kibr), hasud, ghibah, namimah dsb. Kibr adalah menolak kebenaran (haqq) dan menghina makhluq. Hasud adalah tidak senang orang lain mendapat nikmat dan berharap kenikmatan orang lain hilang. Namimah adalah adu domba (kalau bahasa kerennya devide et impera).
Wajib iman bahwa orang yang melakukan dosa pasti mendapatkan konsekuensinya.

ص 82
خاتمة
Mushonnif menutup kitab ini dengan mendefinisikan iman secara bahasa dan istilah. Secara bahasa, iman didefinisikan sebagai mutlaq membenarkan. Secara syari’at, iman diartikan sebagi membenarkan semua yang dibawa oleh Baginda Rosulullah SAW.
Iman tidak sebatas menetahui saja. Banyak orang kafir yang mengetahui syari’at Islam, namun (al ‘iyaadzu billah) tidak mendapatkan hidayah. Malahan ada orang kafir yang sengaja mempelajri syari’at agama Islam untuk bahan menghancurkan agama Islam. Sebut saja Snouck Hurgronje. Penulis coba kutipkan dari Mimbar Online tulisan Muhammad Isa Anshori ( Peneliti pada Pusat Studi Peradaban Islam (PSPI) di http://ibnuaudah48.blogspot.com/2014/10/snouck-hurgronje-bapak-orientalis.html

Nama lengkapnya adalah Christiaan Snouck Hurgronje; seorang orientalis Belanda terkenal dan ahli politik imperialis. Lahir pada 8 Februari 1857 di Oosterhout dan meninggal pada 26 Juni 1936 di Leiden. Ia merupakan anak keempat pendeta J.J. Snouck Hurgronje dan Anna Maria, putri pendeta Christiaan de Visser.
Perkawinan kedua orang tuanya didahului oleh skandal hubungan gelap sehingga mereka dipecat dari gereja Hervormd di Tholen (Zeeland) pada 3 Mei 1849. Seperti ayah, kakek, dan kakek buyutnya yang betah menjadi pendeta Protestan, Snouck sempat bercita-cita ingin menjadi seorang pendeta. Oleh karena itu, pada 1874 ia memasuki Fakultas Teologi di Universitas Leiden. Setelah lulus sarjana muda pada 1878, Snouck melanjutkan ke Fakultas Sastra Jurusan Sastra Arab di Universitas yang sama. Ia berhasil meraih gelar doktor dalam bidang Sastra Semit pada 1880 dengan disertasi berjudul Het Mekkansche Feest (Perayaan Mekah).
Beberapa orientalis terkenal menjadi guru dan sahabat Snouck serta sangat mempengaruhi pandangannya tentang Islam dan politik imperialis. Mereka antara lain adalah Abraham Kuenen, C.P. Tieles, L.W.E. Rauwenhoff, M.J. de Goeje, Ignaz Goldziher, Theodor Nöldeke, dan R.P.A. Dozi.
Untuk memperdalam pengetahuan tentang Islam dan bahasa Arab, pada 1884 Snouck pergi ke Mekah. Di hadapan para ulama, ia menyatakan masuk Islam dan memakai nama Abdul Ghaffar. Ia mengadakan hubungan langsung dengan para pelajar dan ulama yang berasal dari Hindia Belanda.
Pengetahuannya tentang Islam memang cukup luas. Ia sangat menguasai bahasa Arab, bahkan juga hapal Al-Qur’an. Kelak ketika bertugas di Hindia Belanda, banyak pribumi muslim memberinya gelar Syaikhul Islam Tanah Jawi karena terkagum dengan ilmunya dan menyangkanya benar-benar sebagai muslim. Padahal, menurut P. Sj. Van Koningsveld, keislaman Snouck Hurgronje hanyalah tipu muslihat. Karena sering menghadapi perlawanan jihad dari umat Islam, pemerintah kolonial Hindia Belanda pada 1889 mendatangkan Snouck Hurgronje ke Indonesia. Mereka mengangkatnya sebagai penasihat untuk urusan-urusan Arab dan pribumi. Tugasnya adalah melakukan penyelidikan mengenai hakikat agama Islam di Indonesia dan memberikan nasihat kepada pemerintah mengenai urusan-urusan agama Islam.” (dikutip di Semarang, 24 Februari 2019 pukul 01.30 WIB)
Penulis mengajak pribadi penulis dan pembaca untuk bersyukur atas karunia hidayah yang Allah limpahkan kepada kita. Orang-orang kafir banyak yang alim tentang Agama Islam, tapi mereka tidak mengimani. Tanpa adanya hidayah dari Allah SWT, pengetahuan kita mengenai Islam mumkin tidak menjadikan kita muslim. Semoga IMAN dan ISLAM kita TSABIT. Aamiin.
Kembali kepada pembahasan aqidah yang dituangkan muallif di akhir bagian dalam kitab ini adalah kewajiban mengetahui nasab Rasulullah SAW. Kita yang mengaku-ngaku menjadi ummatnya Beliau sudah sepantasnya mengenal nasab Beliau. Dari arah ayah, beliau Nabiyyullah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushoiyy bin Ka’ab bin Luaiyy bin Gholib bin Fihr bin Malik bin Nadhor bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhor bin Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan. Ulama’ sepakat bahwa nasab Rasulullah SAW shohih sampai sayyidina ‘Adnan. Ijma’ ulama juga mengatakan bahwa nasab Rasulullah dari Nabiyyullah Adam AS hingga sayyidina ‘Adnan tiada riwayat yang shohih.
Dari jalur ibu, Beliau Nabiyyullah Muhammad SAW bin Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf (bukan Abdu Manaf sang kakek dari ayah) bin Zahroh.
Berikut redaksi yang disampaikan muallif dalam menutup Kitab Kifayatul Awam ini.
وهذا أخر ما يسر الله به من فضله وصلى الله على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وعلى أهل بيته كلما ذكره الذاكرون وغفل عن ذكره الغافلون والحمد لله رب العالمين.









السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

 

              Alhamdulillaahirobbil’aalamiin. Atas ma’unah dari Allah SWT tulisan ini rampung. Kitabah ini hanyalah salah satu upaya penulis untuk membuka pemahaman dalam mempelajari Mahakarya Syeikh Al Fudholi (re: Kifayatul Awwam). Murni hasil muthola’ah penulis dari mengaji dengan guru penulis, yakni beliau Ustadz Tsabit Ghufron tatkala di bangku kelas 2 wustho Madrasah Diniyyah Salafiyyah Al Asror. Tercatat Sabtu Malam Ahad, 21 April 2018 (5 Sya’ban 1439 H) waktu do’a khataman bersama kitab Imrithi yang dipimpin oleh pengampu nahwu sekaligus Mustahiq, Beliau Ustadz Lalan Falatansah.

              Dipersilakan bagi pembaca yang berkenan melihat tulisan ini dan ikut nderes. Penulis merasa sangat bombong. Sangat dianjurkan membaca kitab asli sebelum ngambah tulisan ini. Karena ini bukan syarah, bukan mukhtashor, pun bukan tarjamah, melainkan hanya sebuah dokumen untuk media muthola’ah penulis. Tidak perlu mengikuti jalan pikiran penulis semisal kurang cocok. Mau jadi mu’tazilah? Silakan. Mau jadi liberal? Silakan. Asalkan jangan bawa-bawa penulis, ya. Kitabah ini bukan untuk provokasi, lebih pada dokumentasi. Ingin kritik atau adu pemahaman? Ingin menambah keterangan? Sangat diperbolehkan J.

              Semoga kitabah kecil ini bermanfaat.

Ahad, 24 Februari 2019 (19 Jumadil Akhir 1440 H)

Aula PP Assalafy Putra Al Asror 02.29 WIB

Salam,

 

Al Faqiir Al Jatihadi*


 



والله تعالى أسأل أن ينفعنى بها و هو حسبى و نعم الوكيل

و هو أعلم بالصواب

والسلام عليكم و رحمة الله و بركاته



2 komentar:

  1. Sangat membantu untuk para santri untuk lebih memahami kitab kifayatul awam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mohon dikoreksi ustadzah.
      Kitabah ini bukan ringkasan atau tarjamah, hanya sebatas muthola'ah dari penulis dan sepemahaman penulis. Tidak perlu mengikuti jalan pikiran penulis apabila kurang cocok. WabilLlahi nasta'iin.

      Hapus

Realistis Itu Seperti Apa? | Dr. Fahruddin Faiz

Hidup Realistis Jauhi Beban Hidup 1. Konsep Self Reservation. Lestarikan dirimu, penuhi semua hobi kesenangan secukupnya.  2. He who lives i...

Most Viewed || Banyak Dilihat