Al Faqir Al Jatihadi

Al Faqir Al Jatihadi
Menulis : Bekerja Untuk Keabadian || Ruhku mungkin akan berpisah dengan jasad. Namun, tulisanku akan tetap bersamamu jika kau mau.

Selasa, 05 Mei 2020

MENYELAMI SAMUDERA NIAT DAN IKHLAS || Hadits Pertama || Imam Nawawi


Hadis Pertama

Diceritakan dari Pemimpin orang mukmin, Abu Hafsh Umar bin Khotthob ra beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda “sesungguhnya amal-amal tergantung pada niat. Dn setiap orang mendapatkan apa yang diniati. Barang siapa yang berhijrah untuk menggapai ridho Allah SWT dan rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Barang siapa berhijrah kepada gemerlap dunia atau wanita yang hendak dinikah, maka hijrahnya kepada apa yang diniati.

Hadis pertama ini diriwayatkan oleh dua imam ahli hadis, yakni Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Mughiroh bin Bardizbah al Bukhoriy ( kita kenal dengan Imam Bukhori) dan Abul Husein Muslim bin al Hujjaj bin Muslim al Qusyairi an Naisaburi (kita kenal dengan Imam Muslim) dalam kitab shohih Bukhori dan Muslim. Kitab ini merupakan kitab hadis yang paling shohih yang pernah dikarang.

Hadis pembuka ini diriwayatkan shahabat kibar Rasulullah SAW. Abu Hafsh adalah kunyah beliau, sayyidina Umar RA. Dalam dialek Arab orang sering menggunakan dan bangga dipanggil dengan kunyahnya. Sebelum masuk Islam, beliau orang yang sangat ingin membunuh Nabi. Setelah muallaf, keimanan dan loyalitas beliau mengalahkan shahabat lain yang masuk Islam lebih dulu. Rasululah pernah berdoa semoga Islam akan besar dan kuat karena salah satu dari 2 tokoh, yakni Umar bin Khatthab atau Abu Jahal bin Hisyam. Dengan karakter keras, tegas dan dal-del beliau, Islam berkembang pesat.

Makna hadis yang pertama ini adalah niat menjadi ukuran suatu amal dianggap sah atau tidak sah. Jika niat sah maka amalnya sah suatu amal. Berlaku sebaliknya. Sedikit kita review mengenai niat.

Wudlu akan sah jika niat wudlu. Tanpa niat, sama saja seperti orang yang menyegarkan badan. Pun juga shalat. Niatlah yang membedakan mana shalat wajib mana sunnah, mana tahajjud mana jum’ah.

Kadar niat suatu individu dalam beribadah, tho’at kepada Allah,  satu dan yang lain pasti berbeda. Setidaknya ada 3 kelompok;
1.      Ranah pertama, tatkala beramal karena takut Allah SWT, yakni ibadahnya ahli ibadah (عبيد).
2.      Ranah kedua, tatkala amal dikerjakan karena berharap imbalan surga, yakni ibadahnya pedagang (تجار).
3.      Ranah ketiga, tatkala melakukan amal kerana malu kepada Allah, melakukan haqq, an bersyukur, menganggap diri sendiri kurang, takut apakah amalnya diterima atau tidak, yakni ibadahnya orang-orang pilihan (أحيار).

 (SAMPAI DIMANA KUALITAS IBADAH KITA???)

Ketahuilah wahai reader bahwa ikhlas kadang dihinggapi ujub.

Menurut al Fudhoil bin ‘Iyadh:
قال الفضيل ابن عياض : ترك العمل من أجل الناس رياء. والعمل من أجل الناس شرك. والإخلاص أن يوافيك الله منهما.
Meninggalkan amal karena manusia merupakan riya’.
Melakukan amal karena manusia disebut syirik.
Yang dinamakan ikhlas ialah ketika Allah  SWT menyelamatkanmu dari keduanya.*
---Fudhoil bin ‘iyadh---

*Penulis mencoba menterjemah (kurang pas bisa di comment)
            Ketika kita terbiasa melakukan amal (shalat dhuha matsalan) kemudian ada teman kita lalu kita tidak melakukannya maka ini disebut riya’. Atau kita melakukan amal, namun karena orang lain (entah camer, gebetan, dll) maka kita berbuat syirik[1]. Yang dinamakan ikhlas adalah dengan ma’unah Allah kita terebas dari keduanya.
            Secara sederhana, ikhlas itu bisa kita latih setiap saat. Merasa tidak mempunyai apapun merupakan salah satu cara melatih diri untuk ikhlas. Dimulai dari hal terkecil dan terus dilatih.
Taruhlah kita mempunyai uang 10 ribu. Untuk memberi orang lain 5 ribu biasanya kita enteng saja. Padahal nominalnya 50%. Suatu nominal yang besar. Andai kata yang kita punyai (baca: dititipi Allah SWT) uang 100 juta. Untuk bersedekah 25 juta pasti sangat berat.
Maka dari itu, penulis mengajak pribadi dan pembaca untuk selalu menata niat serta melatih diri untuk terbiasa ikhlas. Niat yang telah diajarkan oleh salafussholih dan ikhlas bak kotoran yang kita buang dan tak mengharap kembali.


Pict: Hadis Pertama Arbain Nawawi



[1] Dosa yang tidak diampuni Allah ialah syirik. Selain syirik Allah punya kehendak mengampuni atau menyiksa.

4 komentar:

Realistis Itu Seperti Apa? | Dr. Fahruddin Faiz

Hidup Realistis Jauhi Beban Hidup 1. Konsep Self Reservation. Lestarikan dirimu, penuhi semua hobi kesenangan secukupnya.  2. He who lives i...

Most Viewed || Banyak Dilihat