Mata Surga Mbah Moen
Kemarin engkau baru saja
Mendendangkan bermacam-macam piwulang
yang meluluhkan juga menggetarkan jiwa-jiwa yang masih serampangan ini
Istiqomah dan kesabaran mendampingi hidupmu penuh kearifan
Namun, siklus kehidupan tetaplah tak goyah
Kehilangan adalah tembok terakhir untuk mengutarakan tangis dan kepiluan
Aku...aku tak mampu berkata-kata
Bahkan rasanya, puisi ini tak patut atau pula bermakna
Engkau yang sering kali dicaci maki, tak pernah tersulut sedikitpun emosi
Sedangkan kami ... kami saling mencaci dan semakin tak tahu diri
Dan kini, Engkau sudah dijemput Sang Maha Sejati
Tak lagi bisa ku tatap teduh matamu
Kami tahu, meski Engkau nun jauh di tanah suci
Jiwamu senantiasa bersemai di sanubari
Bumi masih berduka
Mengenang dan mengantarkan Engkau kembali kepada Yang Maha Agung......