Sebagai seorang santri, sudah seharusnya mengetahui cita-cita sang kiai. Dari sekian banyak ta'rif (definisi) mengenai santri, ada satu yang penulis highlight. Santri adalah pengganti para Masyayikh (ulama') , sebagaimana ulama' pengganti para nabi.
Wajar apabila tingkah-perilaku santri tak jauh dari guru-gurunya. Beberapa bahkan mirip secara wajah, tergantung tingkat kedekatan batin dan mahabbah dengan seorang guru.
Dalam sebuah makalah, disebutkan
على قدر المحبة تكون سراية الحال
"Sesuai kadar mahabbah kita kepada para Masyayikh kita, maka potensi kita memiliki pola, pikiran, pergerakan, dan cita-cita guru kita, ya sekadar itu." (Gus Kautsar, Ploso)
Semakin persis laku-perilaku seorang santri dengan kiainya, semakin nyata bangunan mahabbah yang dibangun. Keinginan untuk bisa mencapai derajat guru makin tinggi. Begitu pula sebaliknya.
Bukan hanya dalam perilaku yang nampak, melainkan juga pola pikir dan gagasan yang tidak nampak. Santri yang dekat dengan kyainya akan merasa bahwa tidak susah mencari sosok 'idola' di lingkungan pesantren.
Dekat di sini bukan berarti kedekatan fisik, namun lebih dari itu kedekatan batin. Santri yang secara fisik tidak dekat dengan kyai bukan berarti batinnya jauh dari kyai. Pun sebaliknya.
Bahkan, terkadang (beberapa kasus) santri yang notabenenya secara fisik sangat dekat dengan kyai tidak maksimal mendapatkan manfaat dari sang kyai. Sebab saking dekatnya, sifat-sifat kemanusiaan (basyariyah) kyai nampak di depan santri.
Santri yang tidak bisa me-manage hati, ngolah rasa, dan berpikir dewasa, bisa jadi kurang menghormati sang kyai. "Kyai kok begitu," gumam santri yang dekat secara fisik namun jauh secara batin.
Kita diajari berdoa kepada Allah SWT agar menutup aib-aib kyai kita.
اللهم استر عيوب مشايخى
Ya Allah, tutuplah aib-aib guru-guru kita.
Kebermanfaatan seorang kyai yang alim kadang-kadang dinikmati oleh orang-orang luar yang jauh. Hemat penulis, karena tidak melihat sisi-sisi kekurangan sang kyai, yang memang bukan berarti kurang, melainkan sifat basyariyah seorang manusia.
----------------------------------
Gus Nyleneh/Nakal
Bagaimana sikap seorang santri jika dihadapkan dengan seorang Gus (putra kyai) yang terkadang nyleneh?