Hidup Realistis Jauhi Beban Hidup
1. Konsep Self Reservation. Lestarikan dirimu, penuhi semua hobi kesenangan secukupnya.
2. He who lives in harmony with himself lives in harmony with the universe (Markus Aurelius). Ia yang hidup harmonis dengan dirinya sendiri akan hidup harmonis dengan alam semesta.
3. Tidak ada ada yang bisa mengusik kebahagiaan orang yang maqomnya sudah wise/bijaksana. Orang bijaksana tidak bisa sumpek, sudah kokoh. Jangan terlalu pedulikan masalah, lakukan saja tanpa harus galau. Kalau bisa dikerjakan, kerjakan semampunya.
4. Reject your sense of injury and the injury itself disappears. Tolak lah rasa sakit itu dan rasa sakit itu akan hilang. Jangan mau lama-lama sakit. Kuncinya lagi-lagi di pikiran.
5. Kontrol keinginanmu. Jangan menginginkan sesuatu yang di luar jangkauanmu. Ukur kekuatanmu, karena kamu bisa kecewa kalau salah menentukan keinginan. Kalau tiba-tiba terbesit apapun yang menurutmu itu di luar jangkauanmu kalimatnya penangkalnya adalah "you are nothing in relation to me". Kamu nggak ada bunganya denganku.
6. Bebas dan kebebasan. Bebas itu apa? Bebas yang sejati itu inginkan yang berada dalam kontrolmu. Jangan inginkan sesuatu yang berada dalam kontrol orang lain. Kalau cita-citamu menginginkan sesuatu yang jadi milik atau dikontrol orang lain, maka saat itu juga kamu jadi budak.
7. Konsep tubuh dan jiwa. All can be free internally in mind, non can be free without in body. Kita itu akal bisa bebas, cuma mewujudkan isinya akal itu tidak bebas. Itulah alasannya ada hal yang tidak terjangkau. Satu-satunya yang bebas itu ya mikir. Untuk merealisasikannya, banyak hal yang terikat.
8. Teori apathe stoic/Kiasan Pemanah. Konotasi di Indonesia agak negatif. Sebenarnya, Apatis itu orang melakukan sesuatu semaksimal mungkin tanpa mikir hasilnya. Hidup itu rumusnya kita tidak dapat menguasai hasil tapi kita dapat menguasai proses. Yang penting kamu sudah berusaha, bekerja keras, belajar, sudah melakukan semaksimal mungkin.
9. We are actors playing soles we do not choose, and our duty is to play them as best we can, knowing that our fate in part of a much larger order (Epistetus). Dunia ini panggung sandiwara, kita sebagai pemerannya. Jangan menggugat sutradara. Kita itu bagian kecil dari mesin/organisme yang besar, bukan sekedar keluarga, negara, tapi alam semesta. Jadi santri jadilah sebaik-baiknya. Jadi guru jadilah sebaik-baiknya. Jalankan peran sebaik-baiknya. Biarkan sutradara yang memikirkan castingnya.
10. Rumus Realistis. Do not seek to have everything that happens as you wish, but wish for everything to happen as it actually does happen. Jangan berusaha agar segalanya terjadi seperti yang engkau inginkan, namun inginkanlah agar segalanya terjadi seperti yang seharusnya terjadi. Jadi inginkan yang seharusnya, bukan sesuai keinginanmu. Bukan mengusahakan sesuai keinginanmu. Hidup akan damai dan tenang. Melihat fakta berdasarkan realita, bukan keinginan.
11. Filsafat politik kaum Stoa. Sadari kita hidup di alam semesta yang saling terkait. Kunci hidup bersama adalah harmoni. Yang dihitung bukan keinginan kita, tapi kepentingan bersama. Karena karena semua manusia itu levelnya sama -kita ini kan manusia yang sama seluruh dunia- harusnya ada aturan bersama yang mengikat kita.
........................
Katib: Al Faqir Al Jatihadi
Semarang, 13 Februari 2025