Kegagalan Nabi Isa
Alaihi Salam
Indikator keberhasilan seorang nabi dapat dilihat dari ketauhidan
umatnya. Allah SWT sampai “nggojlok” Nabi Isa AS perkara ketauhidan umat
Nabi Isa AS. Misi Nabi Isa mengajak umat menyembah Allah, mengesakan Allah. Lha
kok setelah ditinggal nabinya, mereka menganggap Isa AS sebagai Tuhan. Kok bisa?
Salah satu illatnya adalah sifat Agung yang dianugerahkan oleh Allah kepada
Beliau.
Termasuk mu’jizat Beliau adalah kemampuan menghidupkan orang
yang telah mati. Umat menganggap mu’jizat
tersebut sebagai sifat Tuhan. Akhirnya sepeninggalan Nabi Isa, umat Beliau
berasumsi Isa adalah tuhan. Padahal rasul diutus untuk menyampaikan risalah
dari Sang Maha Segalanya. Misi gagal.
Ini redaksi “gojlokan”
Allah kepada Nabiyyullah Isa alaihissalam:
Sama kasusnya
dengan kisah ulama Qur’an yang mempunyai murid. Ketika murid mencintai Qur’an
sebab belajar dengan ulama tersebut maka dapat dikatakan beliau sukses. Namun,
apabila sang murid terlalu “menggandrungi” personal ulama dengan
berasumsi “ngaji Al Qur’an tidak enak kalau tidak dengan Ustadz X ”
semisal, maka kita boleh men-state si ustadz tersebut gagal.
Kalau mau
dikaitkan dengan umaro pun bisa. Negara yang baik(berhasil) adalah yang sesuai
konstitusi. Siapapun presidennya asal menjalankan sesuai konstitusi maka negara
aman. Misi sukses. Kalau cuma mengandalkan performa personal maka bisa jadi
seorang presiden menjabat hingga ajalnya tiba
Berbeda dengan
kisah Nabi Musa AS. Beliau benar-benar lari terbirit-birit tatkala Fir’aun dan
pasukannya mengejar. Kalau Nabi Musa dekat dengan Sang Pencipta, mengapa harus
lari? Ya karena untuk menunjukkan bahwa yang berkuasa dan Maha Kuasa tak lain
adalah Allah Sang Kholiq. Konstitusi tauhid umat terjaga.
Begitu pula dengan
sifat Nabi akhir zaman. Ya, baginda Rasululah SAW. Allah menyifati
Rasulullah dengan sifat manusia. Rasulullah akan meninggal sebagaimana orang kafir. Sifat yang tidak keren sama
sekali. Tapi begitulah Allah menjaga konstitusi ketauhidan yang dibawa
Rasulullah. Alhasil, Nabi Muhammad tetaplah seorang rasul, Allah tetap Tuhan. Tiada
asumsi umat Rasulullah yang mengatakan Muhammad bin Abdullah itu Tuhan. Misi
Sukses.
Kita telah maklum jika nabi memiliki sifat jaiz ya'ni a'roh al basyariyyah. Nabi punya sisi kemanusiaan, seperti makan, minum, menikah dll.
Wallahu a’lam
Sumber: Ceramah Gus Baha’ yang
dipublikasikan pada 31 Maret 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar