بسم الله الرحمن الرحيم
TUGAS
MANDIRI
TERJEMAH
KITAB FATHUL QORIB
Fasal
tentang hukum-hukum shalat istisqo’
NAMA
: SUNARLAN (KANG NARLAN)
MULAI
MENULIS : MALAM RABU, 27 MUHARROM 1438 H (17/10/17 M)
Fasal yang
menerangkan mengenai hukum-hukum shalat istisqo’[1]
(memohon hujan dari Allah SWT).
Shalat
istisqo’[2]
hukumnya sunnah[3]
bagi orang yang menetap (muqim) dan orang yang sedang bepergian (musafir)[4] ketika hajat[5]
disebabkan tidak ada hujan atau surutnya mata air dan sejenisnya[6].
|
( فَصْلٌ ) فِي
اَحْكَامِ صَلَاةِ الْاِسْتِسْقَاءِ اَيْ طَلَبِ السُّقْيَا مِنَ اللهِ تَعَالَى
(وَصَلَا ةُ الْاِسْتِسْقَاءِ مَسْنُوْنَةٌ) لِمُقِيْمٍ وَمُسَافِرٍ عِنْدَ
الْحَاجَةِ مِنِ انْقِطَاعِ غَيْثٍ أَوْ عَيْنِ مَاءٍ وَنَحْوِ ذَلِكَ
|
Shalat
istisqo’ diulangi 2 kali atau lebih jika Allah SWT belum memberikan rohmah
berupa hujan.
|
وَتُعَادُ صَلَاةُ الْاِسْتِسْقَاءِ
ثَانِيًا وَاَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ اِنْ لَمْ يُسْقَوْا حَتَّى يَسْقِيَهُمُ اللهُ
|
Imam (dan
sejenisnya[7])
menyuruh masyarakat untuk bertaubat[8], dan wajib bagi mereka melakukan perintah imam, seperti fatwa[9]
dari Imam Nawawi (Abu Zakariya Yahya bin Syarof an-Nawawiyy). Taubat dari
segala dosa hukumnya wajib, baik imam menyuruh taubat maupun tidak.
|
(فَيَأْمُرُهُمُ
الْاِمَامُ) وَنَحْوُهُ (بِالتَّوْبَةِ) وَيَلْزَمُهُمْ اِمْتِثَالُ اَمْرِهِ كَمَا
اَفْتَى بِهِ النَّوَوِىُّ وَالتَّوْبَةُ مِنَ الذُّنُوْبِ وَاجِبَةٌ اَمَرَ
الْاِمَامُ بِهَا اَوْ لَا
|
dan –selain taubat, imam juga menyuruh mereka- bersodaqoh,
menghilangkan kedholimam kepada hamba Allah, berbuat baik kepada musuh-musuh
dan berpuasa[10]
selama 3 hari[11]
sebelum keluar untuk melakukan shalat istisqo’, sehingga puasa di hari ketika
keluar melaksanakan shalat istisqo’ adalah puasa hari keempat.
|
(وَالصَّدَقَةِ
وَالْخُرُوْجِ مِنَ الْمَظَالِمِ) لِلْعِبَادِ (وَمُصَالَحَةِ الْاَعْدَاءِ
وَصِيَامِ ثَلَاثَةِ اَيَّامٍ) قَبْلَ مِيْعَادِ الْخُرُوْجِ فَيَكُوْنُ بِهِ
اَرْبَعَةً
|
Kemudian imam
dan masyarakat keluar untuk menunaikan shalat istisqo’ di hari keempat dalam keadaan berpuasa, tidak memakai minyak wangi dan tidak
berhias diri, akan tetapi memakai pakaian yang sederhana[12],
-lafadz ثِيَابِ
بِذْلَةٍ -dengan titik satunya
huruf ba’ yang berkasroh dan titik satunya dzal yang dibaca sukun, maksud
dari pakaian sederhana ialah pakaian yang biasa dipakai untuk bekerja.
|
(ثُمَّ
يَخْرُجُ بِهِمْ فِي الْيَوْمِ الْرَابِعِ) صِيَامًا غَيْرَ مُتَطَيِّبِيْنَ
وَلَا مُتَزَيِّنِيْنَ بَلْ يَخْرُجُوْنَ (فِى ثِيَابِ بِذْلَةٍ) بِمُوَحِّدَةٍ
مَكْسُوْرَةٍ وَذَالٍ مُعْجَمَةٍ سَاكِنَةٍ وَهِيَ مَا يَلْبَسُ مِنْ ثِيَابِ
الْمُهِنَّةِ وَقْتَ الْعَمَلِ
|
dan –selain taubat, imam juga menyuruh mereka- tenang
(khusyu’) dan ndepe-ndepe (khudhu’ dan merasa hina).
Masyarakat
keluar untuk menunaikan shalat istisqo’ bersama anak-anak kecil[13],
orang-orang tua, orang-orang yang lemah dan binatang-binatang peliharaan[14].
|
(وَاسْتِكَانَةٍ)
اَىْ خُشوْعٍ (وَتَضَرُّعٍ) اَىْ خُضُوْعٍ وَتَذَلُّلٍ وَيَخْرُجُوْنَ مَعَهُمُ
الصِّبْيَانُ وَالشُّيُوْخُ وَالْعَجَائِزُ وَالْبَهَائِمُ
|
[1] Terdapat tiga macam istisqo’. Pertama, tingkatan terendah, dimaknai
sebatas do’a. Kedua, dimaknai sebagai do’a setelah shalat -meskipun shalat
sunnah- dan pada khutbah Jum’at. Ketiga, dimaknai sebagai shalat dan khutbah.
(Tausyih Ibnu Qosim hal. 86)
Sejarah
shalat istisqo’ dalam kitab Bajuri
Asal
muasal shalat istisqo’ adalah itba’ Baginda Rasulullah dan kalamullah “الاية... واذاستسقى موسى لقومه....”ز
Shalat istisqo’
disyari’atkan pada tahun 6 Hijriyyah.
[2]
Istisqo’ menurut etimologi artinya memohon siraman (hujan), sedangkan menurut
syari’at artinya permohonan hujan yang dilakukan oleh seluruh atau sebagian
hamba dari Allah SWT ketika membutuhkan hujan. (Busyrol Kariim hal. 23)
[3]
Sunnah muakkad bagi setiap individu. (Busyrol Kariim hal. 23)
Sunnah
muakkad jika tidak diperintaah oleh imam. Apabila imam memerintah untuk shalat
istisqo’ maka hukum shalat istisqo’ menjadi wajib. (Tausyih Ibnu Qosim hal. 86
& Hasyiyah Bajuri hal 231)
[4]
Muqim dan musafir, artinya merdeka dan budak, baligh dan belum baligh,
laki-laki dan perempuan, jama’ah dan munfarid. (Hasyiyah Bajuri hal 231)
[5] Jika tiada hajat, maka tidak diperbolehkan melakukan shalat istisqo’,
bahkan Iman Hafnawi menyatakan shalat istisqo’nya tidah sah. (Hasyiyah Bajuri
hal 231)
[6]
Asinnya air atau sedikitnya air sekiranya tidak cukup. (Tausyih Ibnu Qosim hal.
86 & Hasyiyah Bajuri hal 231)
(Tambahan
informasi) Pertama kali Allah
menciptakan air seluruhnya manis, pohon
tak berduri, hewan buas hidup berdampingan dengan manusia. Namun hal
tersebut berubah ketika peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Qobil terhadap
Habil, saudara kandungnya. Hampir seluruh air menjadi asin, duri mulai tumbuh
pada pohon-pohon, dan hewan buas menjauh dari manusia dan berkata, “Orang yang
membunuh saudaranya termasuk orang yang tidak beriman”. (Hasyiyah Bajuri hal
231)
[7]
Seperti hakim (qodhi) dan orang yang diikuti. (Tausyih Ibnu Qosim hal. 86)
[8]
Taubat dari segala jenis kemaksiatan berupa perbuatan dan ucapan. Syarat taubat
ada 3: menyesali masa lalu, tidak melakukan kemaksiatan, dan berazam untuk
tidak mengulanginya di masa mendatang. (Tausyih Ibnu Qosim hal. 86)
[9]
Puasa dengan perintah imam hukumnya wajib, dan wajib mabiitunniyyat.
Barang siapa yang tidak mabiitunniyyat maka berdosa. (Tausyih Ibnu Qosim
hal. 86)
[10]
Bagi orang-orang yang mampu. Puasa menolong pada riyadhoh dan khusyu’.(Busyrol
Kariim hal. 23)
[11]
Puasa secara berkelanjutan -imam juga ikut berpuasa- meskipun bersamaan dengan
puasa nadzar, qodho’, kafarot, atau Senin Kamis. (Tausyih Ibnu Qosim hal. 86)
[12]
Pakaian untuk melayani (khidmah) karena pakaian tersebut patut untuk
menunjukkan kemiskinan/kebutuhan. (Busyrol Kariim hal. 23)
Pakaian
yang tidak baru, yang biasa digunakan ketika bekerja, tidak terkesan
mewah. (Tausyih Ibnu Qosim hal. 87)
[13]
Meskipun belum mumayyiz, karena do’a mereka lebih dekat dengan ijabah. (Busyrol
Kariim hal. 24)
[14]
Karena semua makhluq membutuhkan fadhol Allah SWT berupa air. (Busyrol Kariim
hal. 23)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar