بسم الله الرحمن الرحيم
TUGAS MANDIRI
TERJEMAH KITAB FATHUL QORIB
Fasal tentang hukum-hukum shalat istisqo’
NAMA : SUNARLAN (KANG NARLAN)
TTL :
REMBANG, 15 SEPTEMBER 1998
ALAMAT :
DESA JATIHADI 01/IV, KEC. SUMBER, KAB. REMBANG, JATENG
MULAI MENULIS :
MALAM RABU, 27 MUHARROM 1438 H (17/10/17
M)
(
فَصْلٌ ) فِي اَحْكَامِ صَلَاةِ الْاِسْتِسْقَاءِ اَيْ طَلَبِ السُّقْيَا مِنَ
اللهِ تَعَالَى (وَصَلَا ةُ الْاِسْتِسْقَاءِ مَسْنُوْنَةٌ) لِمُقِيْمٍ وَمُسَافِرٍ
عِنْدَ الْحَاجَةِ مِنِ انْقِطَاعِ غَيْثٍ أَوْ عَيْنِ مَاءٍ وَنَحْوِ ذَلِكَ وَتُعَادُ
صَلَاةُ الْاِسْتِسْقَاءِ ثَانِيًا وَاَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ اِنْ لَمْ يُسْقَوْا حَتَّى
يَسْقِيَهُمُ اللهُ (فَيَأْمُرُهُمُ الْاِمَامُ) وَنَحْوُهُ (بِالتَّوْبَةِ) وَيَلْزَمُهُمْ
اِمْتِثَالُ اَمْرِهِ كَمَا اَفْتَى بِهِ النَّوَوِىُّ وَالتَّوْبَةُ مِنَ الذُّنُوْبِ
وَاجِبَةٌ اَمَرَ الْاِمَامُ بِهَا اَوْ لَا (وَالصَّدَقَةِ وَالْخُرُوْجِ مِنَ الْمَظَالِمِ)
لِلْعِبَادِ (وَمُصَالَحَةِ الْاَعْدَاءِ وَصِيَامِ ثَلَاثَةِ اَيَّامٍ) قَبْلَ مِيْعَادِ
الْخُرُوْجِ فَيَكُوْنُ بِهِ اَرْبَعَةً (ثُمَّ يَخْرُجُ بِهِمْ فِي الْيَوْمِ الْرَابِعِ)
صِيَامًا غَيْرَ مُتَطَيِّبِيْنَ وَلَا مُتَزَيِّنِيْنَ بَلْ يَخْرُجُوْنَ (فِى ثِيَابِ
بِذْلَةٍ) بِمُوَحِّدَةٍ مَكْسُوْرَةٍ وَذَالٍ مُعْجَمَةٍ سَاكِنَةٍ وَهِيَ مَا يَلْبَسُ
مِنْ ثِيَابِ الْمُهِنَّةِ وَقْتَ الْعَمَلِ (وَاسْتِكَانَةٍ) اَىْ خُشوْعٍ (وَتَضَرُّعٍ)
اَىْ خُضُوْعٍ وَتَذَلُّلٍ وَيَخْرُجُوْنَ مَعَهُمُ الصِّبْيَانُ وَالشُّيُوْخُ وَالْعَجَائِزُ
وَالْبَهَائِمُ
Terjemah
singkat:
Fasal yang menerangkan mengenai hukum-hukum shalat istisqo’[1] (memohon
hujan dari Allah SWT).
Shalat istisqo’[2]
disunnahkan[3]
bagi orang yang menetap (muqim) dan orang yang sedang bepergian (musafir)[4] ketika hajat disebabkan tidak ada hujan atau surutnya mata air dan
sejenisnya[5]. Shalat
istisqo’ diulangi 2 kali atau lebih jika Allah SWT belum memberikan rohmah
berupa hujan.
Imam(dan sejenisnya[6])
menyuruh masyarakat untuk bertaubat[7], dan wajib bagi mereka melakukan perintah imam, seperti fatwa[8] dari
Imam Nawawi (Abu Zakariya Yahya bin Syarof an-Nawawiyy). Taubat dari segala
dosa hukumnya wajib, baik imam menyuruh taubat maupun tidak.
dan –selain taubat, imam juga menyuruh
mereka- bersodaqoh, menghilangkan kedholimam kepada hamba Allah, berbuat
baik kepada musuh-musuh dan berpuasa[9]
selama 3 hari[10]
sebelum keluar untuk melakukan shalat istisqo’, sehingga puasa di hari ketika
keluar melaksanakan shalat istisqo’ adalah puasa hari keempat (total puasa: 4
hari).
Kemudian imam dan masyarakat keluar untuk menunaikan shalat
istisqo’ di hari keempat dalam keadaan
berpuasa, tidak memakai minyak wangi dan tidak berhias diri, akan tetapi
memakai pakaian yang sederhana[11], -lafadz ثِيَابِ بِذْلَةٍ -dengan titik satunya huruf ba’ yang berkasroh dan titik
satunya dzal yang dibaca sukun, maksud dari pakaian sederhana ialah pakaian
yang biasa dipakai untuk bekerja.
dan –selain taubat, imam juga menyuruh
mereka- tenang (khusyu’) dan ndepe-ndepe (khudhu’ dan merasa
hina).
Masyarakat keluar untuk menunaikan shalat istisqo’ bersama
anak-anak kecil[12],
orang-orang tua, orang-orang yang lemah dan binatang-binatang peliharaan[13].
DAFTAR
PUSTAKA
Busyrol Kariim oleh Syeikh Sa’id bin Muhammad
Tausyih Ibnu Qosim oleh Abi Abdillah Muhammad bin Qosim Asysyafi’i
Hasyiyah Bajuri
[1] Terdapat tiga macam istisqo’. Pertama, tingkatan terendah, dimaknai
sebatas do’a. Kedua, dimaknai sebagai do’a setelah shalat -meskipun shalat
sunnah- dan pada khutbah Jum’at. Ketiga, dimaknai sebagai shalat dan khutbah.
(Tausyih Ibnu Qosim hal. 86)
[2]
Istisqo’ menurut etimologi artinya memohon siraman (hujan), sedangkan menurut
syari’at artinya permohonan hujan yang dilakukan oleh seluruh atau sebagian
hamba dari Allah SWT ketika membutuhkan hujan. (Busyrol Kariim hal. 23)
[3] Sunnah
muakkad bagi setiap individu. (Busyrol Kariim hal. 23)
Sunnah
muakkad jika tidak diperintaah oleh imam. Apabila imam memerintah untuk shalat
istisqo’ maka hukum shalat istisqo’ menjadi wajib. (Tausyih Ibnu Qosim hal. 86)
[4]
Muqim dan musafir, artinya merdeka dan budak, baligh dan belum baligh,
laki-laki dan perempuan, jama’ah dan munfarid. (Hasyiyah Bajuri hal 231)
[6]
Seperti hakim (qodhi) dan orang yang diikuti. (Tausyih Ibnu Qosim hal. 86)
[7]
Taubat dari segala jenis kemaksiatan berupa perbuatan dan ucapan. Syarat taubat
ada 3: menyesali masa lalu, tidak melakukan kemaksiatan, dan berazam untuk
tidak mengulanginya di masa mendatang. (Tausyih Ibnu Qosim hal. 86)
[8]
Puasa dengan perintah imam hukumnya wajib, dan wajib mabiitunniyyat.
Barang siapa yang tidak mabiitunniyyat maka berdosa. (Tausyih Ibnu Qosim
hal. 86)
[9]
Bagi orang-orang yang mampu. Puasa menolong pada riyadhoh dan khusyu’.(Busyrol
Kariim hal. 23)
[10]
Puasa secara berkelanjutan -imam juga ikut berpuasa- meskipun bersamaan dengan
puasa nadzar, qodho’, kafarot, atau Senin Kamis. (Tausyih Ibnu Qosim hal. 86)
[11] Pakaian
untuk melayani (khidmah) karena pakaian tersebut patut untuk menunjukkan
kemiskinan/kebutuhan. (Busyrol Kariim hal. 23)
Pakaian
yang tidak baru, yang biasa digunakan ketika bekerja, tidak terkesan mewah. (Tausyih Ibnu Qosim hal. 87)
[12]
Meskipun belum mumayyiz, karena do’a mereka lebih dekat dengan ijabah. (Busyrol
Kariim hal. 24)
[13]
Karena semua makhluq membutuhkan fadhol Allah SWT berupa air. (Busyrol Kariim
hal. 23)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar