Al Faqir Al Jatihadi

Al Faqir Al Jatihadi
Menulis : Bekerja Untuk Keabadian || Ruhku mungkin akan berpisah dengan jasad. Namun, tulisanku akan tetap bersamamu jika kau mau.

Minggu, 31 Januari 2021

NU itu Sama dengan Ahlu Sunnah wal Jama’ah? || Harlah NU ke-95 Tahun 2021

 

NU itu Sama dengan Ahlu Sunnah wal Jama’ah?


Tulisan ini tidak akan membahas “ketidakhadiran NU di masyarakat”, “NU yang tidak merakyat” maupun “elitis NU”.

Sebelum mengulik lebih dalam “rumah besar” yang bernama jam’iyyah Nahdhotul Ulama, mari kita membahas Ahlu Sunnah wal Jama’ah (Aswaja/Sunni). Coba kita perhatikan penggalan ayat

ادخلوا فى السلم كافة

Masuklah agama Islam secara kaffah. Totalitas. Ngglundeng. Aswaja menjalankan Islam secara kaffah, menggunakan dalil naqliyah dan juga aqliyah. Meskipun semua golongan mengklaim saya islam kaffah. Khowarij tidak suka dengan Sayyidina Ali dan ahlul bait. Syi’ah yang diterima hanya Sayyidina Ali dan ahlul bait. Mu’tazilah tidak menerima ayat ataupun hadits yang tidak masuk akal, menggunakan aqliyah dalam syariat. Salafi beda (ndak sama) dengan ulama salaf.

 

Salaf-Kholaf

Sedikit menyinggung mengenai ulama salaf, kita kenal dengan frasa lain yaitu ulama kholaf. Ada yang menyebut ulama mutaqoddimin dan muta’akhkhirin. Perbedaan keduanya pada konsep pemahaman ayat-ayat mutasyabihat (read: belum jelas, lawan dari muhkamat) dalam Qur’an.

1.      Konsep salaf memahami dengan tafwidh ma’a tanzih (pasrah apa adanya dengan mensucikan)

2.      Era kholaf memahami dengan takwil (mengarahkan pada makna yang sesuai/patut)

*) Konsep salaf (tafwidh ma’a tanzih) silakan digunakan ketika sudah mampu mengendalikan akal dalam artian ketika ada lafadz “Allahu akbar” tidak membayangkan besarnya Allah SWT.

*) Konsep kholaf (takwil) silakan digunakan ketika akal masih membayangkan dzat Allah, maka harus ditakwil. Misalkan yadullah dimaknai kekuasaan Allah, Allah turun ke langit bumi dimaknai rohmat Allah yang turun ke langit bumi, etc. Masih banyak ayat-ayat al Qur’an yang memantik ikhtilaf baina salaf wal kholaf.

Imam Abu Hasan al Asyari menjelaskan konsep ulama’ salaf dengan takwil agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Karena 2 konsep diatas maka muncul qo’idah:

طريقة السلف أسلم, طريقة الخلف أحكم

Toriqotussalaf aslam, thoriqotul kholaf ahkam

Toriqohnya salaf itu lebih selamat, toriqohnya kholaf itu lebih bisa dipakai hukum.

 

Anjuran atau perintah Rasulullah dalam berjamiyyah mendasari berdirinya Nahdhotul Ulama.

عليكم بالجماعة. و من شذ شذ فى النار

Kalian wajib berjam’iyah, barang siapa yang infirod/nrecel maka akan sendirian di neraka.

Dulu Namanya jama’ah muwahhadah, maa ana alaihi wa ashhabi. Ini bukan pecahan, melainkan jam’iyah. Kemudian Namanya menjadi ahlussunnah wal jamaah pada masa Umar bin Abdul Aziz, yang setelahnya kita mengenal ahlussunah wal jamaah asy’ariyah dan maturidziyah.

Ciri yang melekat pada NU yang disampaikan oleh KH Hasyim Asy’ari setidknya ada 5 hal, yakni:

1.      perintah berjamiyyah;

2.      bukan pecahan / sempalan / firqoh;

3.      golongan yang besar;

4.      ikut maa ana alaihi wa ashhabi;

5.      ikut alaikum bi sunnati wa sunnatu khulafaur rosyidin.

 

Frasa “rumah besar” dipakai untuk melihat jamiyyah yang masanya sangat besar bernama Nahdhotul Ulama. Rumah dengan amat banyak kamar dan ruangan. Kalau kita melihat dari sisi kamar belakang, tak akan terlihat pintu depan. Kemajemukan ini dapat kita gunakan untuk menyederhanakan kemajemukan ulama NU dan warga Nahdhiyin.

Begitu plural dan lengkap komposisi warga dan ulama nahdhiyin. Gambaran yang ada di kepala tiap orang NU pun kemumkinan berbeda-beda. Padahal di luaran sana banyak firqoh-firqoh seperti Syiah, Qodiriyah, Murji’ah, Jahmiyah, Khowarij, dan Mu’tazilah.

Singkatnya, NU itu beraqidah ahlusunnah wal jamaah yang mengikuti manhaj Imam Maturidzi dan Imam Asy’ari.

 

De-NU-isasi

Hindari orang-orang yang mengucapkan atau memprovokasi dengan kalimat “ora usah NU-NUan, Islam ya Islam.

“Para santri harus waspada terhadap orang yang mengaku-aku ahlussunnah, tapi tidak mau mengakui NU, menjelek-jelekkan pemimpin-pemimpin NU, menjelek-jelekkan organisasi. Barang siapa ada yang bicara tidak NU NU-an berarti dia jelas Wahabi”, dhawuh KH Anwar Manshur Lirboyo, Kediri.

Kita mungkin isykal, kok ada ya NU yang wahabi.

Kyai As’ad, utusan Syaikhuna Kholil Bangkalan, yang diutus mengantarkan tongkat dan tasbih kepada KH Hasyim Asy’ari menyampaikan dua kalimat yaitu “Ya Jabbar, Ya Qohhar”. Setelah ditelisik ternyata dua kalimat itu adalah tameng/perisai. Ya Jabbar temeng serangan dari luar, Ya Qohhar dari dalam.

Syaikhuna KH Kholil Bangkalan dhawuh kalau ada yang ragu dengan NU atau punya niat jahat kepada NU, maka mereka akan hancur, entah itu perorangan maupun organisasi. Bisa kita lihat ormas atau perorangan yang berusaha ngutik-ngutik NU langsung hancur.

 

Kita Butuh NU, bukan NU yang butuh Kita

KH Ali Maksum berpesan empat hal kepada para kader dan pengurus jamiyyah NU.

1.      Al makrifat bi nahdhotil ulama

2.      Ats tsiqotu bi nahdhotil ulama

3.      Al jihadu bi nahdhotil ulama

4.      Ash shobru bi nahdhotil ulama

“Jangan mencari keuntungan lewat NU. NU dijaga oleh ALLAH SWT” dhawuh KH Achmad Khalwani.

 

Pendiri NU, Simbah KH Hasyim Asy’ari mengatakan, “sapa kang gelem ngurus NU, mengko tak anggep santriku. Sapa kang dadi santriku, tak dungakna husnul khotimah sak dzuriyahe.” Siapa yang berjuang di jam’iyah Nahdhotul Ulama akan dianggap santrinya Hadhrotussyaikh. Siapa yang menjadi santri Beliau akan didoakan husnul khotimah beserta anak turunnya.

Semoga kita diakui santri oleh Beliau. Aamiin.

 

 

Semarang, 31 Januari 2021

Al Faqir Al Jatihadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Realistis Itu Seperti Apa? | Dr. Fahruddin Faiz

Hidup Realistis Jauhi Beban Hidup 1. Konsep Self Reservation. Lestarikan dirimu, penuhi semua hobi kesenangan secukupnya.  2. He who lives i...

Most Viewed || Banyak Dilihat