Al Faqir Al Jatihadi

Al Faqir Al Jatihadi
Menulis : Bekerja Untuk Keabadian || Ruhku mungkin akan berpisah dengan jasad. Namun, tulisanku akan tetap bersamamu jika kau mau.

Sabtu, 06 Februari 2021

Meneng nang Omah, Rizqi sing Teka tan Kinira

 

Meneng nang Omah, Rizqi[1] sing Teka tan Kinira

Katib: Al Faqir Al Jatihadi

 

Ada orang yang berdiam diri di rumah, tidak bekerja. Hukumnya apakah harom, mubah, atau sunnah?


Jawaban singkatnya hal itu tidak harom. Alasannya, disamakan dengan orang yang berada di daerah antah berantah dan sudah biasa (terlatih) berkelana. Jika tidak terbiasa dan tanpa bekal, maka harom.

Orang yang berdiam diri di rumah, harus bersabar. Namun andaikata dia sengaja, tidak bekerja sama sekali, menutup pintu hingga tidak ada yang menjangkau, maka sama halnya bunuh diri, harom hukumnya.

Jika pintunya dibuka, tidak sibuk wiridan, tidak mengajar ngaji dll maka afdhol bekerja di luar rumah. Tetepi berdiamnya tidak dihukumi harom. Hanya saja lebih baik bekerja, daripada plonga-plongo di rumah tanpa syughul. Dalam diksi jawa kita kenal ora ilok.

Sekiranya berdiam diri di rumah menimbulkan mafsadah/ muhlikah, madhorot hingga hilangnya nyawa, maka wajib keluar rumah, meminta orang lain, dan bekerja.

Lain halnya dengan orang yang tathollu’ (mengharap) kepada Allah SWT, isytighol dengan dzikriLlah, hobi wiridan, membaca AL Qur’an, tidak khawatir dengan rizqi. maka tsubut afdhol. Ini merupakan maqom tawakal. Afdholul mahqomat. Rizqi yang la yuhtasab.

Selama rizqi masih menjadi jatah kita, secepat kilatpun kita berlari, maka rizqi akan menyusul kita. Berlaku sebaliknya. Sama halnya maut. Sejauh apapun kita berlari, sekuat apapun kita bersembunyi maut akan sampai.

Kita bisa amati di sekeliling. Para ulama, para kyai yang secara dhohir hanya isytighol mengejawentahkan ilmu, menghidmahkan seluruhnya untuk keberlangsungan Agama, tidak pernah khawatir perihal rizqi.

 

Inilah yang dinamakan tawakal.

Kita bahas sedikit mengenai ikhtiyar dan tawakal. Kita wajib berikhtiyar, dengan dibekali pasrah sejak awal. Kita wajib percaya sebab, tapi jangan meninggalkan hakikat Musabbibul Asbab, Sang Kholiq Pencipta alam semesta.

Salah satu doa yang tidak diistijabah adalah doa menolak rizqi, seperti doa menolak kematian. Andaikan ada doa menolak rizqi dan sejenisnya, Allah menyebut orang ini jahil (re: guoblog). Bagaimana Aku menciptakanmu dan Aku tidak memberimu rizqi?

RasuluLlah SAW bersabda, “Andaikan kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal niscaya Allah akan memberi rizqi kepadamu seperti rizqi burung yang keluar sarang dalam keadaan lapar dan pulang dengan perut kenyang, bahkan gunung bisa hancur sebab doamu.”

NabiyuLlah Isa alaihissalam bersabda, “Amatilah burung, dia tidak pernah menanam, ridak pernah memanen, tidak pernah menyimpan makanan dan Allah memberikan rizqi tiap harinya. Jika kalian berkomentar karena perut burung kecil, lihatlah bagaimana Allah menggrojogkan rizqi kepada sapi dan gajah”.

Abu Ya’qub as Susiy berkata,” Rizqi orang-orang yang bertawakal (mutawakkilun) dibawa oleh tangan-tangan orang lain, tanpa kesusahan. Sementara orang yang tidak tawakal masyaqot dan isytighol dengan kesibukan mereka.”

Sebagian ulama dhawuh, “Hamba Allah rizqinya di bawah naungan Allah. Sebagian dengan cara yang hina seperti pengemis. Sebagian dengan cara kesusahan dan menunggu seperti pedagang. Ada yang harus mempertahankan, seperti tukang. Sebagian dengan cara yang mulia yaitu para sufi para ulama yang tidak tahu darimana jalannya rizqi itu datang.

 

Referensi:

Kitab Ihya’ Ulumiddin 3/363 Maktabah Syameela

 

Berikut redaksi kitabnya:

فإن قلت: ما قولك في القعود في البلد بغير كسب، أهو حرام أو مباح أو مندوب؟ فاعلم أن ذلك ليس بحرام لأنه كفعل صاحب السياحة في البادية إذا لم يكن مهلكاً نفسه فهذا كيف كان لم يكن مهلكاً نفسه حتى يكون فعله حراماً، بل لا يبعد أن يأتيه الرزق من حيث لا يحتسب ولكن قد يتأخر عنه، والصبر ممكن إلى أن يتفق، ولكن لو أغلق باب البيت على نفسه بحيث لا طريق لأحد إليه ففعله ذلك حرام، وإن فتح باب البيت وهو بطال غير مشغول بعبادة فالكسب والخروج أولى له، ولكن ليس فعله حراماً إلا أن يشرف على الموت: فعند ذلك يلزمه الخروج والسؤال والكسب،

 وإن كان مشغول القلب بالله غير مستشرف إلى الناس ولا متطلع إلى من يدخل من الباب فيأتيه برزقه، بل تطلعه إلى فضل الله تعالى واشتغاله بالله، فهو أفضل، وهو من مقامات التوكل؛ وهو أن يشتغل بالله تعالى ولا يهتم برزقه، فإن الرزق يأتيه لا محالة؛ وعند هذا يصح ما قاله بعض العلماء: وهو أن العبد لو هرب من رزقه لطلبه، كما لو هرب من الموت لأدركه، وأنه لو سأل الله تعالى أن لا يرزقه لما استجاب وكان عاصياً، ولقال له: يا جاهل، كيف أخلقك ولا أرزقك؟

 ولذلك قال ابن عباس رضي الله عنهما: اختلف الناس في كل شيء إلا في الرزق والأجل، فإنهم أجمعوا على أن لا رزاق ولا مميت إلا الله تعالى. وقال صلى الله عليه وسلم: " لو توكلتم على الله حق توكله لرزقكم كما يرزق الطير تغدو خماصاَ وتروح بطاناً ولزالت بدعائكم الجبال " .

وقال عيسى عليه السلام: انظروا إلى الطير لا تزرع ولا تحصد ولا تدخر والله تعالى يرزقها يوماً بيوم، فإن قلتم نحن أكبر بطوناً فانظروا إلى الأنعام كيف قيض الله تعالى لها هذا الحق للرزق.

وقال أبو يعقوب السوسي: المتوكلون تجري أرزاقهم على أيدي العباد بلا تعب منهم وغيرهم مشغولون مكدودون.

وقال بعضهم: العبيد كلهم في رزق الله تعالى، لكن بعضهم يأكل بذل كالسؤال، وبعضهم بتعب وانتظار كالتجار وبعضهم بامتهان كالصناع، وبعضهم بعز كالصوفية يشهدون العزيز فيأخذون رزقهم من يده ولا يرون الواسطة.

 



[1] Rizqi mencakup jasmani dan rohani, dhohir bathin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Realistis Itu Seperti Apa? | Dr. Fahruddin Faiz

Hidup Realistis Jauhi Beban Hidup 1. Konsep Self Reservation. Lestarikan dirimu, penuhi semua hobi kesenangan secukupnya.  2. He who lives i...

Most Viewed || Banyak Dilihat